INDOSPORT.COM - Asosiasi Pelatih Sepak Bola Seluruh Indonesia (APSSI) menolak usulan pemotongan gaji oleh klub sebesar 50 persen.
Hal ini ditegaskan oleh Ketua APSSI, Yeyen Tumena dalam konferensi pers secara virtual pada Kamis (04/06/20) malam. Menurutnya, perlu ada batasan pemotongan gaji selama pandemi virus Corona.
"Pelatih kepala sampai staf terkecil, mungkin kitman, semua harus berpatokan pada UMR. Kalau UMR saya tidak mencukupi, kami tidak layak jadi pelatih. UMR kan untuk pegawai tidak spesialis," tegas Yeyen Tumena.
Namun, sebagai pihak yang menjembatani pemain dan manajemen tim, pelatih juga memahami kondisi internal klub, termasuk keuangan tim selama tak ada kompetisi.
Sehingga, APSSI menawarkan tiga kondisi untuk melakukan pemotongan gaji. Hal ini berpatokan pada nilai kontrak tiap-tiap staf.
"Ada tiga standar kita berikan ke PSSI. Kalau kontrak di atas 600 juta, boleh dipotong 50 persen. Kalau di atas 300 juta, potong 25 persen saja. Tapi kalau di bawah 300 juta harus dibayar full," tambah YT.
Kemudian, soal kelanjutan Liga 1 2020 yang besar kemungkinan akan kembali digelar pada September atau Oktober nanti, maka tim sudah mulai menggelar persiapan pada bulan Juli mendatang.
Sehingga, APSSI meminta manajemen klub untuk mempertimbangkan pembayaran gaji selama masa persiapan atau pramusim, tepatnya pada Juli dan Agustus, apakah akan ada pemotongan gaji atau tidak.