INDOSPORT.COM – Lahir pada 6 Juni 1901, Proklamator sekaligus Presiden Pertama Indonesia Sukarno kerap menggunakan sepak bola dan Timnas Indonesia sebagai alat politik.
Tanggal 6 Juni setiap tahunnya selalu diperingati sebagai momen penting bangsa Indonesia. Di mana pada tanggal itu lahirlah seorang putra bangsa yang kelak menjadi salah satu pejuang kemerdekaan, sekaligus memimpin bangsa ini sebagai Presiden pertama Republik Indonesia, Sukarno.
Sebagai seorang pejuang, Sukarno memang tak turun langsung dalam medan pertempuran senjata atau secara fisik. Melainkan dengan perjuangan lewat jalan diplomasi yang beberapa kali juga membuatnya harus diasingkan ke penjara atau jauh ke daerah terpencil.
Meski tak selalu berhasil, kemampuan diplomasi Sukarno memang jelas sangat spesial. Dirinya bukan hanya memiliki kharisma dan kemampuan retorika yang luar biasa, namun juga mampu memanfaatkan segala hal sebagai alat diplomasinya. Seperti salah satunya dengan sepak bola.
Awal mula Sukarno mulai terlihat tertarik dengan sepak bola sebagai sebuah alat perjuangan adalah ketika di tahun 1930 dirinya yang baru keluar dari Lapas Sukamiskin di Bandung, didaulat untuk melakukan sepak mula pertandingan final kompetisi PSSI.
Dimuat dalam buku peringatan 60 tahun PSSI, saat itu di Lapangan Trivelli (Lapangan Petojo saat ini), Sukarno hadir melakukan orasi sebelum melakukan sepak mula setelahnya.
Sehingga membuat banyak masyarakat kala itu berduyun-duyun hadir ke pertandingan yang mempertemukan Voetbal Indonesia Jakarta (VIJ) melawan Persatuan Sepakbola Indonesia Mataram (PSIM).
Sejak saat itu dan didukung komitmen PSSI yang menetapkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi organisasi dalam konges PSSI yang ke-2, 14-16 Mei 1932, Sukarno semakin mantap meyakini bahwa sepak bola bisa digunakan dalam perjuangan mempersatukan bangsa Indonesia.
Pasca Kemerdekaan
Setelah kemerdekaan, sepak bola semakin mendapatkan perhatian dari Sukarno. Bahkan cakupannya lebih luas lagi, bukan hanya sebatas untuk mempersatukan Indonesia, namun sepak bola kerap digunakan Sukarno sebagai alat diplomasi politiknya di dunia internasional.
Meski merupakan negara yang baru saja merdeka dengan keuangan yang belum stabil, Sukarno justru mendukung penuh sepak bola Indonesia dengan mengirimkan Timnas untuk bertanding di laga internasional.
Dimulai pada awal tahun 1951, saat baru enam tahun merdeka, Sukarno sudah berani mengirimkan Timnas Indonesia bertanding di Asian Games 1951 di New Delhi. Kendati hasilnya langsung kalah 0-3 dari tuan rumah India.
Kekalahan itu juga kemudian membuat Sukarno semakin serius membangun kekuatan sepak bola Indonesia. Memanfaatkan hubungan dekatnya dengan Presiden Yugoslavia, Josip Broz Tito, meminta pelatih hebat negara Eropa timur itu, Antun ‘Toni’ Pogacnik untuk menukangi Timnas Indonesia pada tahun 1954.