Toni Pogacnik, Pelatih Terbaik Timnas Indonesia Buah Komunikasi Politik Sukarno
Menjejakan kaki di Jakarta dengan status sebagai pelatih Timnas Indonesia pada 17 Februari 1954, Toni Pogacnik benar-benar memulai langkahnya dari awal sekali.
Toni sendiri yang mencari pemain-pemain yang kelak diandalkannya di Timnas Indonesia di berbagai daerah, hingga kemudian melatihnya langsung, mengajarkan Teknik dasar sepak bola. Mulai dari menendang, mengumpan, mengontrol bola, menyundul, hingga melakukan tekel.
Pria kelahiran 6 Januari 1913 memang adalah tipikal pelatih yang lebih senang turun langsung mengarahkan pemainnya di atas lapangan, dibanding sekadar berteriak memberikan instruksi dari pinggir.
Upaya itu dilakukan Toni juga karena dirinya sadar betul, tanpa kemampuan dasar sepak bola yang baik, segala strategi yang diterapkannya nanti tak akan berarti banyak di atas lapangan.
Baru melatih beberapa bulan, apa yang dkerjakan Toni Pogacnik pun langsung kelihatan hasilnya. Timnas Indonesia sukses dibawanya melaju hingga semifinal Asia Games 1954 di Manila.
Dua tahun setelahnya di Olimpiade 1956 Melbourne, Timnas Indonesia juga bisa di bawa Toni Pogacnik hingga ke babak perempatfinal. Di Olimpiade itu, Toni juga bisa membawa Timnas Indonesia menorehlan kisah membanggakan, bisa menahan imbang Tim raksasa, Uni Soviet. Tim yang kelak keluar sebagai juara di Olimpiade 1956.
Prstasi tersebut semakin di sempurnakan setelah di Asian Games 1958 Tokyo, Timnas Indonesia sukses dibawa Tonu Pogacnik meraih peringkat ketiga dan berhak membawa medali perunggu ke tanah air.
Sukses itu juga yang kemudian membuatnya ditargetkan meraih juara di gelaran Asian Games 1962 yang kebetulan akan berlangsung di Jakarta.
Dari situ kemudian Toni Pogacnik semakin bekerja keras membangun timnya guna memenuhi taget juara. Tapi sayang, apa yang dilakukan Toni menjadi sia-sia.
Lima bulan sebelum Asian games 1962 berlangsung, skandal suap terjadi melibatkan 10 anak asuhnya. Sialnya dalam kasuh suap yang terkenal dengan sebutan skandal Senayan, hampir semua pemain yang terlibat adalah mereka yang menjadi andalan Toni di Tim utama.
Karena skandal Senayan itu, 10 pemain terpaksa dicoret dan mendekam di dalam penjara. Sehingga akhirnya membuat kekuatan Timnas Indonesia yang sudah susah payah dibangun Toni Pogacnik hancur seketika.
Timnas Indonesia hanya bisa menghuni peringkat tiga di grup A, sehingga harus tersingkir sejak dini. Setahun pasca kegagalan tersebut, Toni Pogacnik akhirnya angkat koper sebagai pelatih Timnas Indonesia. Saat itu dirinya beralasan sudah tak sanggup lagi melatih langsung para pemain Timnas Indonesia, lantaran cedera lutut yang semakin dirasakannya.