INDOSPORT.COM – Meski tak dikenal sebagai Presiden yang menyukai sepak bola, di era Soeharto Timnas Indonesia cukup bisa menorehkan prestasi membanggakan.
Lahir di Desa Kemusuk Bantul, Yogyakarta 8 Juni 1921, Soeharto 31 tahun lebih memimpin Indonesia sebagai seorang Presiden dengan berbagai cerita baik dan buruknya.
Namun dalam rentan 31 tahun itu juga, Soeharto dikenal sebagai Presiden yang tak terlalu menyukai olahraga sepak bola. Dibandingkan misalnya dengan Sukarno, Presiden sebelumnya yang sangat sering memberikan perhatian langsung kepada sepak bola, khususnya Timnas Indonesia.
Satu yang menunjukan ketidaksukaan Soeharto terhadap sepak bola misalnya terlihat dari jarang sekali dirinya datang langsung ke Stadion untuk menyaksikan pertandingan Timnas Indonesia, maupun final kompetisi kala itu Perserikatan dan Galatama.
Perihal itu, ada cerita yang berhembus bahwa memang Soeharto malas untuk datang ke stadion, setelah dalam suatu kesempatan menyaksikan pertandingan sepak bola PON, laga justu berkahir dengan kericuhan antarpemain. Sehingga dirinya enggan kembali untuk hadir langsung ke stadion.
Penilaian Soeharto sebagai sosok yang kuang menyukai sepak bola, juga hadir dari tak ada satupun program pembangunan stadion yang langsung diprakasainya. Padahal saat era kepemimpinannya, Soeharto dikenal sebagai bapak pembangunan yang gencar sekali membangun berbagai proyek infrastuktur hingga ke berbagai daerah.
Meski terkesan sebagai Presiden yang tak menyukai sepak bola. Bukan berarti tak ada perhatian sepenuhnya orang nomor satu di Indonesia kala itu kepada olah raga 11 lawan 11 tersebut.
Soeharto masih sesekali sempat hadir dalam acara ulang tahun PSSI. Sempat memberikan sambutan khusus dalam majalah sepakbola, dimana dirinya menuntut adanya perbaikan prestasi Timnas. Hingga yang paling terkenal kala itu, sempat hadir sebuah kompetisi prestisius menggunakan namanya, Piala Soeharto.
Meski tak secara langsung menunjukan perhatin kepada sepak bola. Di era Presiden Soeharto tak bisa ditampik bahwa sepak bola Indonesia cukup berkembang. Mulai dengan kehadiran kompetisi semi profesional yang tak sedikitpun memakai uang negara, Galatama, hingga cukup bagusnya prestasi Timnas Indonesia di kancah Internasional kala itu.