Kilas Balik Tragis Liga Indonesia 2006 yang Berujung Tanpa Degradasi
Usai musim 2005 berakhir, operator pentas sepak bola kala itu, Badan Liga Indonesia (BLI) berencana mengubah sistem kompetisi pada 2006.
Kala itu, BLI ingin menerapkan format baru dengan menggelar semifinal pada ajang Divisi Utama. Namun, hal ini masih menunggu persetujuan para klub.
Pasalnya, BLI mendapat usul dari PSMS Medan untuk memberikan kesempatan bagi runner up di babak 8 Besar agar bertanding melawan jawara grup secara silang.
"Saya kira usulan itu realistis saja dan memang akan menambah bobot persaingan dalam perebutan gelar juara," kata eks Direktur Eksekutif BLI, Andi Darussalam Tabusala, 23 Desember 2005.
Andi menambahkan, andai mayoritas klub setuju, BLI tinggal menjalankannya saja pada Liga Indonesia 2006 yang berlangsung mulai 14 Januari dengan format dua wilayah.
Keputusan itupun disetujui dan babak delapan besar berlangsung 19 Juli, dengan mengambil empat klub teratas di klasemen akhir masing-masing wilayah.
Usai berjalan beberapa pekan, Liga Indonesia 2006 mendapat sebuah musibah, di mana Yogyakarta diguncang gempa berkekuatan 5,9 skala richter.
Sapaan alam yang berdurasi nyaris satu menit itu membawa dampat yang sangat besar di segala sektor dan terjadi pada 27 Mei 2006.
Dampak dari gempa tersebut turut dirasakan oleh perwakilan klub Liga Indonesia 2006, yakni PSIM Yogyakarta dan PSS Sleman yang tampil di Divisi Utama.
Baik PSIM dan PSS mengambil sikap untuk mundur dari Liga Indonesia 2006 akibat bencana yang meluluhlantakkan kawasan Yogyakarta dan sekitarnya.
Bukan apa-apa, sebab lapangan dalam stadion mengalami kerusakan hingga para pemain PSIM atau PSS masih trauma akan guncangan gempa bumi.
BLI pun masih mempertimbangkan keputusan PSIM dan PSS dengan mengundang pihak-pihak terkait dalam menentukan bagaimana nasib Liga Indonesia 2006.
"Kami sendiri sudah punya opsi-opsinya. Cuma semuanya harus dikomunikasikan dulu. Harus ada sumbang saran dan tanggapan dari anggota," papar Direktur Eksekutif BLI Andi Darussalam, 5 Juni 2006.
Akhirnya, BLI dan PSSI memberikan keputusan kalau Liga Indonesia 2006 ditetapkan tanpa degradasi usai menggelar rapat dengan pihak-pihak terkait.
Liga Indonesia 2006 membuat PSDS Deli Serdang dan PSIM Yogyakarta berada di posisi buncit grup barat, sedangkan PSS Sleman dan Persegi Gianyar berada di dasar klasemen akhir grup timur.
Sementara itu pertarungan babak 8 Besar mempertemukan Persik Kediri, PSIS Semarang, Arema Malang, Persiba Balikpapan, Persekabpas Pasuruan, Persmin Minahasa, Persija Jakarta, dan PSM Makassar.
Belakangan, Persik sukses meraih gelar juara Liga Indonesia 2006 usai mengalahkan PSIS dengan skor tipis 1-0 lewat gol semata wayang Cristian Gonzales di partai final.