INDOSPORT.COM – Para peserta kompetisi Liga 1 saat ini tengah menanti keputusan resmi dari PSSI soal lanjut tidaknya kompetisi tahun ini, termasuk PSIS Semarang.
Sambil menunggu kejelasan kompetisi, PSIS juga tengah memikirkan bagaimana mengatur keuangan mengingat pertandingan terancam digelar tanpa penonton yang artinya klub-klub tidak akan mendapat pemasukan dari tiket.
Apalagi berkompetisi di tengah pandemi virus corona Covid-19 membuat PSIS harus mengeluarkan dana yang lebih banyak karena harus rutin melakukan tes kesehatan bagi komponen tim yang biayanya tidak sedikit.
Menurut Yoyok Sukawi selaku CEO PSIS, keuangan tim harus dipikirkan dengan matang. Pasalnya, tak menutup kemungkinan klub akan mengalami krisis keuangan jika tidak bisa mengatur keuangan dengan baik saat Liga 1 bergulir lagi.
“Bisa remuk keuangan tim kalau seperti itu (red-pendapatan lebih sedikit dari pengeluaran),” ujar Yoyok Sukawi di Semarang, Jumat (12/06/20).
Pria yang juga anggota Exco PSSI ini tak menampik bahwa klub sebenarnya masih mendapat pemasukan dari subsidi dan sponsor. Namun menurut beberapa klub, jumlah dana subsidi masih kurang karena tak sebanding dengan kebutuhan pokok seperti gaji, biaya akomodasi, dan biaya kesehatan.
“Memang masih ada anggaran dari hak komersial PT LIB dan sponsor, tetapi jumlahnya tidak mencukupi. Sudah bisa dipastikan kalau seperti itu kemampuan tim akan turun,” beber Yoyok Sukawi.
PSIS sendiri masih berharap supaya dana subsidi dari PT LIB yang rencananya Rp800 juta naik di atas Rp1 miliar supaya keuangan klub tetap stabil di tengah kompetisi Liga 1 yang digelar tanpa penonton