INDOSPORT.COM – Legenda sepak bola Malaysia, Safee Sali, membongkar alasan pemain Malaysia masa kini enggan mencicipi karier di Indonesia. Selain karena level permainan yang berbeda, dia menyebut banyak pemain di negaranya terlalu terjebak di zona nyaman.
Safee Sali sendiri disegani oleh Timnas Indonesia pada Piala AFF 2020. Boleh dibilang, mimpi Indonesia menjadi juara Piala AFF kala itu sirna karena gol Safee Sali saat partai final.
Torehannya itu tidak hanya membuat namanya populer di Malaysia namun juga di Indonesia. Hingga akhirnya dia menerima tawaran dari Pelita Jaya untuk bermain di Indonesia pada musim 2011/2012.
Dua musim di Tanah Air, Safee mengemas 38 gol dari 42 laga. Sayang sekali, jejak kesuksesan pria yang kini menjabat sebagai Presiden Asosiasi Sepak Bola Malaysia (PFAM) tidak diikuti para juniornya.
Pria berusia 36 tahun itu mengungkapkan bahwa alasan para pemain Malaysia tidak melirik Indonesia sebagai tujuan kariernya tak lain karena cara para pemain itu berpikir juga karena kualitas liga yang berbeda dari kedua negara itu.
“Menurut saya, para pemain Malaysia tidak pergi ke sana (Indonesia) karena cara mereka berpikir. Dalam pikiran mereka, mereka berpikir apa gunanya pergi ke Indonesia?," kata Safee Sali kepada Goal Malaysia.
“Atau, mereka mungkin berpikir bahwa secara komparatif, Malaysia memiliki standar liga yang lebih tinggi. Tapi saya pikir, kebanyakan tidak melakukannya, karena mereka takut," sambung mantan pemain Johor Darul Ta'zim tersebut.
Takut yang dimaksud oleh Safee Sali ini yakni para pemain Malaysia tampaknya merasa nyaman bila sudah bermain di negeri sendiri. Alhasil, mereka punya pemikiran untuk menjajal kompetisi di negara lain, terutama Indonesia.
“Mereka (pemain Malaysia) merasa nyaman, dan tetap di Malaysia, mereka takut meninggalkan zona nyaman itu,” lanjut Safee Sali.
"Mereka tidak siap untuk mengambil langkah berikutnya, dan mencari peningkatan dalam permainan mereka, yang dapat terjadi karena semua tantangan yang datang dengan bermain di luar negeri, bahkan di liga yang dapat dianggap kualitasnya sedikit lebih rendah daripada kita," urainya menambahkan.