INDOSPORT.COM - Bola panas tengah terjadi antara PSSI dan pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong. Dimana keduanya saling perang statment di media. Pelatih asal Korea Selatan tersebut gamblang melontarkan pernyataannya di media negara asalnya, dimana ada tiga poin yang disinggung oleh nya.
Yakni terkait mundurnya Ratu Tisha dari Sekjen PSSI, serta perihal Indra Sjafri, dan juga terkait Timnas Indonesia. Mengenai hal ini, PSSI pun enggan menanggapi.
“Selama belum ada pernyataan langsung dari Shin Tae-yong atau agensinya kepada kami, kami tidak akan memberikan tanggapan,” ucap Plt Sekjen, Yunus Nusi.
PSSI pun kini mebentuk tim khusus untuk mencari kebenaran akan hal tersebut. Dimana tujuan adanya tim yang disebut Satgas Timnas ini, agar tidak terjadi simpang siur di tengah persiapan Timnas U-19 menghadapi Piala AFC 2020 dan Piala Dunia U-20 2021.
Namun terkait kondisi ini mendapat tanggapan dari pengamat sepak bola, Tommy Welly. Bagi pria yang kerap disapa Bung Towel ini dia menilai sebagai bentuk amburadul pengelolaan Timnas Indonesia.
"Terkait situasi antara PSSI dan Shin Tae-yong buat saya ini pengelolaan Timnas yang amburadul dan memalukan. Dulu PSSI gembar gembor Shin Tae-yong menjadikan seolah-olah memberikan harapan kepada publik sepak bola untuk menaikan prestasi timnas Indonesia," buka Tommy Welly kepada INDOSPORT.
"Makanya Shin Tae-yong diberikan kewenangan luas di Timnas dan diberikan semua kategori Timnas kelompok umur. Tapi dalam hitungan bulan berubah," jelas Towel.
Tommy Welly menilai apa yang terjadi dengan Shin tae-yong yang berucap secara vokal di media Korea sebagai bentuk kekecewaan. Dimana ada rasa tidak puas dengan keadaan saat ini yang terjadi.
"Ketika seorang Shin Tae-yong yang notabene pelatih bukan kaleng-kaleng dengan negara tradisi sepakbolanya kuat dan disebut Macan Asia, yakni Korea Selatan. Serta reputasi secara pribadi bagus di level Liga Champion Asia dan membawa Korea Selatan ke Piala Dunia artinya prestasi itu tidak kosong."
"Tapi dengan sekarang dia berani bicara terang-terangan berarti memang ada sesuatu. ini bukan perang dingin lagi tapi sudah naik ke permukaan," tukas ia.
"Tentu ada alasan sendiri mengapa ia berani bicara, saat dia bicara tentu ada rasa sudah saatnya dia bicara ada ketidaknyamanan dengan situasi yang terjadi," pungkas Towel.