Kisah Para Minoritas di Balik Keberhasilan Liverpool Menjuarai Liga Inggris
Pada musim tersebut, Liverpool bertumpu pada sosok John Barnes, penyerang Inggris yang berdarah Afrika. Jika di abad 20 ini Inggris terkena sindrom islamofobia, maka di masa lalu negeri Britania Raya mengalami diskriminasi terhadap kulit hitam.
Sehingga banyak para atlet atau pesepakbola kulit hitam kerap mendapat aksis rasisme, tak terkecuali John Barnes yang memang berkulit hitam bahkan lahir di Jamaika.
Menandatangani kontrak bersama Liverpool pada tahun 1987 silam, John Barnes sering mengalami pelecehan ras bai oleh pendukung lawan bahkan rekan setimnya sendiri.
Pada salah satu penampilan pertamanya di Anfield, Barnes mengatakan bahwa salah satu suporter wanita menyajikan teh untuk semua pemain di lounge, kecuali dirinya.
Barnes pun membuat lelucon tentang hal itu dengan bertanya, "Apakah itu karena aku hitam? " ucapnya saat itu.
Bahkan salah satu pendukung Liverpool sempat menulis surat kepadanya untuk tidak bergabung dengan klub. Sebelum Barnes, ada satu pemain kulit hitam lain yang lebih dulu tampil untuk Liverpool bernama Howard Gayle.
Namun sayang, penyerang kelahiran asli Liverpool ini hanya bisa bermain lima pertandingan untuk The Reds pada awal 1980-an dan cuma bisa mencetak satu gol.
Walau sering mendapat aksi rasisme, namun John Barnes tetap bermain profesional bahkan dirinya menjadi sosok penting dalam keberhasilan Liverpool menjuarai Liga Inggris di musim 1989/90 silam.
Dalam gelaran tersebut, John Barnes menjadi top skor klub dengan torehan 28 gol di semua ajang. Bahkan, satu golnya saat menghadapi Queens Park Rangers memastikan Liverpool angkat trofi lebih cepat, meski liga saat itu masih menyisakan dua pertandingan.