INDOSPORT.COM - Tak bisa dipungkiri jika masa kehebatan seorang Cristiano Ronaldo sudah habis bersama raksasa Serie A Liga Italia, Juventus. Usut punya usut, kesialan CR7 itu disebabkan oleh kutukan Diego Maradona saat di Napoli.
Bagi para pecinta sepak bola nama Maradona mungkin bukan merupakan suatu hal yang asing. Mantan pemain yang pernah gemparkan dunia dengan gol Tangan Tuhan ini bisa dibilang sebagai pemain terbaik pada masa keemasannya.
Gabung bersama Barcelona, ia sempat membuat banyak kalangan merasa terkesima dengan kepiawaiannya memainkan si kulit bundar. Meski belum pernah menjuarai liga Spanyol, Maradona terkesan sukses menutupi dengan trofi Copa del Rey, Copa de la Liga, dan Supercopa de Espana.
Setelah potensinya kian meredup, Maradona sempat alami nasib terombang ambing hingga membuat Blaugrana merasa muak akan kehadirannya. Menurut buku bertajuk Maradona:The Hand of God karya Jimmy Burns, hubungan sang bintang dengan presiden klub, Josep Lluis Nunez kian buruk.
Tak heran hanya selang beberapa waktu Maradona harus terasingkan ke klub Serie A Liga Italia kecil, Napoli. Melansir laman berita Sportskeeda, disinilah awal mula kisah kutukan yang menyertai Ronaldo saat bermain di Juventus.
Ikrar Pernikahan antara Maradona dan Napoli
Juli 1984 tepat di San Paolo Stadium, euforia para fans Napoli membludak karena klub kecil mereka saat itu kedatangan salah satu bintang terbaik pada masanya. Maradona dibeli dengan harga transfer 12 juta euro (Rp193 miliar) yang jika dikonversikan saat ini senilai 168 juta euro (Rp2,7 triliun).
Sekedar informasi tambahan, saat itu Napoli menjadi tim paling miskin seantero Serie A Liga Italia dan kalah saing dengan berberapa nama tenar seperti AS Roma, duo Milan, dan sebagainya. Kedatangan Maradona dipercaya para fans awal mula kebangkitan tim.
Tak heran Neapolitan julukan penghuni Naples mengagung-agungkan Maradona dan membuat sosoknya dipercaya sebagai manusia setengah dewa. Impian mereka tak muluk-muluk apalagi setelah melihat performa bintang Argentina itu saat masih muda.
Ditengah kebahagian para fans tersebut, ada juga yang merasa dengki dan mereka tak lain ialah Juventus. Pada pertandingan di Stadio San Paolo 1985 silam, Maradona yang baru 25 tahun mendapat serangan berupa spanduk fans Bianconeri yang menyerang dirinya dan para penduduk Naples.
Dalam sebuah video dokumenter oleh Asif Kapadia berjudul Diego Maradona nampak para fans Juventus meneriakan jika sosok Maradona bak anjing liar setelah terusir dari Barcelona. Maradona dianggap hinggap ke Napoli yang jeleknya tak karuan.
Maklum, saat itu Partenopei kalah kelas dari tim asal Turin tersebut dimuali dari tingkat kemiskinan, kesialan dan ciri kahas para fans yang terkesan kotor. Sejak saat itu terdapat ikatan penuh kebencian dari dua klub Serie A Liga Italia itu.
Pembalasan Dendam Berujung Manis
Merasa jika tim yang sudah menerimanya dan para fans mendapat perlakuan tak setimpal, Maradona langsung menjadi sosok Mesias yang hingga kini masih lengket dengan kepercayaan Napoli. Striker ini langsung merencanakan pembalasan paling epik bagi Si Nyonya Tua.
Pada suatu kesempatan, Napoli sukses menang tipis 1-0 lawan Juventus dan gol ini secara apik dikemas oleh Maradona seorang diri. Saat ditanya jurnalis, ia lantas bertanya dengan maksud sarkas, "Apa warna gol hari ini?" merujuk ke simbol biru bagi Napoli.
Keperkasaan Maradona juga berujung gelar Scudetto yang menjadi salah satu kebanggan Napoli pada masanya. Kejayaan Gli Azzurri sendiri sempat bertahan sebelum akhinya bintang ikoniknya pilih hengkang ke Sevilla pada 1992.