Liga Indonesia

PSBS Minta PSSI, LIB, dan Kemenpora Soroti Protokol Kesehatan Liga 2

Selasa, 7 Juli 2020 16:53 WIB
Penulis: Sudjarwo | Editor: Ivan Reinhard Manurung
© dsogaming.com/wikipedia
Manajemen klub Liga 2 asal Papua, PSBS Biak menyarankan kepada PT LIB dan PSSI untuk menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Copyright: © dsogaming.com/wikipedia
Manajemen klub Liga 2 asal Papua, PSBS Biak menyarankan kepada PT LIB dan PSSI untuk menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

INDOSPORT.COM - Manajemen klub Liga 2 asal Papua, PSBS Biak menyarankan kepada PT LIB dan PSSI untuk menerapkan protokol kesehatan yang ketat, jika ingin melanjutkan kompetisi dengan format home tournament.

Meski manajemen klub berjuluk Napi Bongkar ini meyakini jika kompetisi akan digelar di wilayah Zona Hijau, namun mereka meminta segala kemungkinan yang berkaitan dengan kesehatan untuk tetap diantisipasi oleh operator kompetisi Liga 2.

"Protokol kesehatan ini juga termasuk kewajiban semua tim Liga 2 untuk melakukan rapid test dan tes swab nasavaring yang tentunya biayanya tidak sedikit," ujar Manajer PSBS Biak, Jimmy Carter Kapisa dalam rilisnya kepada awak redaksi berita olahraga INDOSPORT, Selasa (7/7/20).

Jimmy juga berharap hal ini tak hanya menjadi perhatian operator kompetisi dan federasi PSSI, tetapi juga Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) untuk memperhatikan protokol kesehatan jelang dilanjutkannya lagi Liga 2.

"Harapan kami, semoga bukan hanya dari PSSI dan PT LIB saja yang melihat hal tersebut, tetapi perlu adanya perhatian serius dari Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) guna pengembangan sepak bola Tanah Air yang saat ini berada pada masa bencana non alam atau wabah virus corona," pungkasnya.

Seperti diketahui, PSBS Biak merupakan salah satu tim kontestan Liga 2 yang merespons positif soal wacana kelanjutan kompetisi di tengah pandemi virus corona.

Namun, PSBS Biak juga meminta agar PSSI dan PT LIB juga memberikan kejelasan terkait hak-hak klub Liga 2 seperti dana subsidi tahap kedua. Pasalnya, mereka mengaku telah berada pada krisis finansial karena adanya pandemi virus corona.