INDOSPORT.COM – Mengenal Claudio Pizarro, salah satu legenda Bundesliga Jerman yang buat beberapa klub sulit move on dan terus mendatangkannya kembali.
Bagi pecinta sepak bola era 90-an, mungkin sudah tidak asing lagi dengan sosok Claudio Pizarro. Penyerang asal Peru tersebut memang sempat naik daun dan menjadi idola di Liga Jerman beberapa dekade silam.
Memulai karir di academia Cantolao (sebuah klub lokal di Peru), Claudio Pizarro berhasil mendapat kontrak profesional bersama Deportivo Pesquero tahun 1996.
Tampil gemilang dengan catatan 11 gol dari 41 laga, Claudio Pizarro muda langsung diboyong oleh Klub Alianza Lima, tim kuat dengan raihan 23 gelar Peruvian Primera División atau kasta teratas Liga Peru.
Dalam dua musim memperkuat Alianza Lima, pemain kelahiran Callao ini berhasil mencetak 26 gol dari 51 pertandingan sekaligus membawa Allianza meraih gelar Torneo Clausura musim 1999.
Catatan tersebut membuatnya masuk dalam radar wonderkid Amerika Latin, dan menjadi perburuan tim-tim elite Eropa. Werder Bremen yang saat itu lebih dulu menemukannya langsung memboyong sang pemain ke Jerman.
Pada tahun perdananya di Eropa, penampilan Claudio Pizarro terbilang cukup lumayan. Bahkan ia langsung bisa mencetak gol pada laga keduanya bersama Werder Bremen dan membantu tim meraih kemenangan telak 5-0 atas 1. FC Kaiserslautern.
Satu minggu kemudian, Pizarro sukses mencetak hattrick pertamanya saat Werder Bremen meraih kemenangan 7-2 dari VfL Wolfsburg, Capaian yang membuatnya sebagai salah satu talenta paling menjanjikan saat itu.
Mencetak 38 gol dari 76 laga selama dua musim, nama Claudio Pizarro langsung laris di bursa transfer. Bayern Munchen yang menjadi raja Liga Jerman, ikut kepincut dan memboyongnya dengan mahar 7.54 juta euro.
Masa keemasan Claudio Pizarro makin bersinar saat bersama Munchen, total 100 gol dalam 256 penampilan yang ia cetak selama enam musim membela Die Rottens.
Masing-masing dua gelar Bundesliga Jerman serta DFB-Pokal pun berhasil ia rengkuh dalam rentan waktu tersebut. Membuatnya mendapat berbagai julukan dari para fans, mulai dari Anden-Bomber hingga Dewa Inca.
Walau memiliki segala kemampuan untuk menjadi penyerang top, namun Claudio Pizarro punya kebiasaan unik yakni membuat sang mantan sulit move on dan terus memboyongnya di bursa transfer.
Terbukti, setelah enam tahun memperkuat Bayern Munchen ia malah kembali ke Werder Bremen, klub Eropa pertama yang menjadi loncatan karirnya setelah lebih dulu berseragam Chelsea selama semusim.
Bersama Werder Bremen untuk kedua kalinya, Claudio Pizarro berhasil bertahan tiga musim dengan catatan 88 gol dari 144 laga. Serta sukses membawa Bremen meraih DFB-Pokal musim 2008/09.
Bremen, sang pemain kembali hijrah. Untuk kedua kalinya, Pizzaro memperkuat tim mantan, kali ini giliran Bayern Munchen yang jadi destinasi.