INDOSPORT.COM – Perusahaan Indonesia PT Batavia Sports Group (BSG) mengakusisi saham klub C.D. Polillas Ceuta. Klub yang berada di Benua Afrika, namun jadi bagian Spanyol.
Bertempat di Gedung Graha BIP, Jakarta, Rabu (08/07/20), perusahaan asal Indonesia PT Batavia Sports Group (BSG) secara resmi mengumumkan telah mengakuisisi saham mayoritas klub asal Liga Spanyol CD Polillas Ceuta.
Sebagai klub yang memiliki tim junior cukup baik di Spanyol, Polillas Ceuta diproyeksikan BSG untuk bisa menjadi batu loncatan para pemain muda Indonesia yang ingin merumput di Eropa.
Hal itu seperti yang diutarakan Direktur Utama BSG, Ade Prima Syarif. Di mana dengan saham mayoritas mereka memiliki wewenang untuk menentukan porsi pemain Indonesia yang bisa bermain di Polillas Ceuta.
"Jadi secara signifikan di mana kami punya keistimewaan karena pengambilan keputusan ada di kami. Jadi kalau buat pemain (Indonesia) dikirim pun kami yang memegang kuotanya," tutur Ade Prima menimpali.
Selain itu Hasrul Zain, yang pasca akuisisi saham tersebut kini memegang jabatan sebagai Wakil Presiden Klub, menilai kondisi geografis Ceuta yang cocok untuk pesepakbola Indonesia juga menjadi nilai lebih lainnya bahwa bibit-bibit muda Tanah Air nanti akan mudah berkembang di sana.
Tak salah memang yang diutarakan Hasrul Zain, sebab meski merupakan bagian dari negara Eropa Spanyol, Ceuta secara geografis justru berada di Benua Afrika. Lokasinya pun berbatasan langsung dengan negara Islam, Maroko.
Untuk lebih jelasnya, berikut INDOSPORT rangkumkan singkat kondisi kota tempat klub Polillas Ceuta berada.
Kota Ceuta
Meski menjadi bagian negara Spanyol sebagai salah satu Wilyah Otonom, Ceuta justru berada di Benua Afrika, khususnya di bagian utara. Di mana mereka berbatasan langsung dengan Maroko, pada bagian selatan hingga barat lautnya.
Dengan daratan Spannyol sendiri yang berada di utaranya, Ceuta dipisahkan oleh Selat Gibraltar dan berjarak sekitar 17 km dari Cadiz di selatan Spanyol.
Dengan luas 18,5 km persegi, wilayah Ceuta yang merupakan semenanjung dengan wilayah pantai yang dominan, juga dihiasi dengan bukit berbatuan di sebelah baratnya. Dengan nama Monte Anyera, bukit-bukit tersebut membatasi langsung dengan Maroko, sehingga dijaga khusus oleh benteng militer agar tak banyak imigran yang berusaha masuk ke Ceuta untuk kemudian mencoba menyebrang ke Eropa.
Dengan wilayah yang berbatasan langsung dengan Maroko yang merupakan negara mayoritas Islam, dalam kehidupan sosial di Ceuta juga sudah sangat familiar dengan kebudayaan Islam.
Mulai dari mudahnya makanan halal ditemukan di sana. Hingga sudah lajimnya masyarakat Ceuta yang mayoritas beragama Kristen, berbaur dengan orang-orang muslim.
"Di sana banyak tersedia makanan halal karena lokasinya yang berbatasan dengan Maroko. Memang Ceuta ini secara geografis di ujung titik dari daratan Afrika. Tapi sebenarnya masih bagian spanyol dan berbatasan dengan Maroko. Makanya budaya muslimnya banyak menyerap dari Maroko. Tapi kalau dari daratan Spanyol masih dekat dan perjalanan (laut) nggak sampai satu jam," terang Wakil Presiden Klub Polillas Ceuta Hasrul Zain.
"Kotanya memang sekitar 100 ribu penduduk dan sangat hangat orang-orangnya, jadi kalau orang Indonesia nggak akan mengalami adjustment process yang lama dan bisa langsung fokus ke sepakbola. Muslim pun bisa berbaur, salat bisa di masjid dan itu lazim dilakukan di sana," Zain menambahkan.