INDOSPORT.COM - Southampton dalam setengah dekade terakhir menjadi klub medioker yang paling sering menghadirkan kejutan, mulai dari bersaing di tiga besar, penjegal raksasa, pemutus rekor, sampai kekalahan terburuk di Liga Inggris.
Manchester United harus menelan pil pahit usai kehilangan poin penuh setelah kebobolan di menit injury time dari lawananya Southampton pada pekan ke-32 Liga Inggris, di Old Trafford, Selasa (14/07/20) dini hari WIB.
Hasil imbang 2-2 yang dipaksakan terjadi di Old Trafford bukan karena kesalahan Man United semata, faktanya Southampton juga bermain baik. The Saint mampu menguasai 54 persen penguasaan bola dan lebih banyak menciptakan tembakan ke gawang.
Ini adalah penampilan mengejutkan beruntun yang ditunjukkan Southampton, salah satu tim paling mencuri perhatian musim ini dan mungkin dalam sejarah Liga Inggris.
Pekan 31 lalu, Southampton mematahkan prediksi semua orang ketika secara mengejutkan menumbangkan tim peringkat kedua Manchester City, dengan skor tipis 1-0. Kemenangan Southampton tersebut bahkan sampai tak bisa membuat seorang Pep Guardiola berkata-kata.
Southampton adalah simbol sesungguhnya dari betapa ketatnya persaingan di Liga Primer Inggris. Musim 2019-2020 ini sebetulnya dijalani dengan cukup lumayan di mana mereka nangkring di posisi ke-12 dengan 45 poin.
The Saint hampir pasti aman dari degradasi. Musim ini mereka cuma meraih 13 kemenangan, 6 imbang, dan menderita 16 kekalahan. Mereka tertolong oleh penampilan gemilang Danny Ings yang mencetak 19 gol.
Meski tampil inkonsisten dan bahkan mengalami periode buruk ketika gagal menang dari pekan ke-6 sampai 13, namun Southampton mencatatkan sejumlah prestasi unik yang tak dimiliki klub papan tengah atau bawah lainnya.
Pembunuh Raksasa
Pada musim 2019-2020 ini titel penjegal raksasa pantas dinobatkan kepada Southampton. Sebab mereka berhasil mengalahkan Chelsea (0-2), Tottenham (1-0), Leicester (1-2), Man City (1-0) dan menahan imbang Arsenal (2-2) serta Manchester United (2-2).
Sebetulnya titel pembunuh raksasa bukan musim ini saja melekat pada Southampton. Di musim sebelumnya mereka juga kerap jadi batu sandungan tim-tim papan atas.
Mungkin bisa dimulai dari musim 2013-2014 ketika Southampton dibesut salah satu pelatih terbaik mereka, Mauricio Pochettino. Banyak yang beranggapan, Southampton di musim ini adalah yang terbaik dalam sejarah mereka di Liga Inggris.
Tak cuma hasil di lapangan, mereka juga mampu mengubah wajah sepak bola Inggris, setidaknya begitu klaim dari Pochettino yang setelah itu hengkang ke Tottenham.
Sampai pekan ke-12 di musim 2013-2014, Southampton nangkring di posisi ketiga klasemen bersaing dengan Liverpool. Southampton yang katanya tim medioker musim itu dibawa Pochettino mengalahkan Liverpool 1-0 dan menahan imbang Man United 1-1.
Gaya build up serangan ala Pochettino dianggap sebagai revolusioner kala itu. Maka tak heran pemain belakang mereka seperti Nathaniel Clyne, Ryan Bertrand , Graziano Pella, dan kiper Fraser Forster adalah yang paling mencuri perhatian.
Musim indah itu diakhiri Southampton di posisi kedelapan pada akhir musim Liga Inggris. Di musim berikutnya mereka belum berhenti memberikan kejutan.
Southampton saat itu dibesut salah satu pelatih terbaik Belanda, Ronald Koeman, yang menggantikan Pochettino. Di bawah Koeman, Southampton dibawa bersaing di enam besar.
Soton sempat 10 pekan berada di tiga besar pada musim 2014-2015! Gila betul, bukan? Bukan sekadar pembunuh raksasa, Soton pernah bersaing dengan para raksasa.
Sebelum Leicester City, mungkin Southampton adalah kejutan terbesar dalam dua dekade terakhir di Liga Primer Inggris. Akhirnya musim 2014-2015 diakhiri di posisi ketujuh, satu tingkat di bawah zona Eropa.