INDOSPORT.COM - Beberapa pihak diketahui banyak yang tak senang setelah Manchester City lepas dari jerat hukuman UEFA terkait larangan main Liga Champions. Mengapa klub Liga Inggris ini sangat dibenci?
Seperti diketahui sebelumnya, sempat terjerat hukuman terkait Financial Fair Play (FFP) dari UEFA, Manchester City terancam hukuman larangan tampil di panggung Eropa selama dua musim. Akan tetapi pada akhirnya mereka bebas dari jerat hukum setelah membawa kasus ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS).
Jika pihak Manchester City menyambut dengan sukacita akan kebebasan mereka, berbeda dengan Jurgen Klopp selaku pelatih Liverpool dan juru taktik Tottenham Hotspur, Jose Mourinho. Dua rival mereka di Liga Inggris ini justru merasa keberatan.
Ada delapan klub Liga Inggris berisi Manchester United, Tottenham Hotspur serta Liverpool yang sejatinya melayangkan permintaan agar Manchester City tak menghambat berlangsungnya Liga Champions musim depan. Sebagian klub berharap The Sky Blues segera dapat hukuman agar ada satu slot kosong.
Tak hanya rival di kompetisi kasta atas Negeri Big Ben, Presiden LaLiga Spanyol, Javier Tebas pun menyayangkan keputusan CAS yang mengabulkan permintaan dari klub yang bermarkas di Etihad Stadium tersebut.
Melihat akan banyak kritik menjatuhkan tentu menunjukkan jika Manchester City memang banyak tak disukai oleh berbagai kalangan. Apa saja yang mendasari hal tersebut? Berikut INDOSPORT merangkum beberapa alasannya dilansir laman New York Times.
1. Kekuatan uang ialah mutlak
Era modern saat ini uang memang nampak menjadi kekuatan ampuh yang tak bisa dikalahkan bahkan oleh hukum. Itulah yang saat ini menyertai kelolosan Manchester City dalam jerat aturan FFP yang sudah ditetapkan oleh UEFA.
Mengingat kembali, The Citizens bukanlah klub pertama yang bebas karena tingkat kemakmuran terjamin ada klub lain di benua Eropa yang juga punya kasus spesial. Masih dalam sumber yang sama ada AC Milan dan kemudian PSG.
Ambil contoh dari PSG yang membeli membeli Neymar dan Kylian Mbappe dengan total nominal 400 juta dolar AS (Rp5,8 triliun). Menghabiskan dana fantastis itu tak sesuai dengan harta benda yang mereka miliki lewat bantuan sponsor atau penjualan dengan nilai setara sehingga melanggar FFP yang berlaku.
Alih-alih dilakukan penyelidikan lebih lanjut, pada akhirnya Les Parisiens bebas dari tuntutan Jose Narciso da Cunha Rodrigues selaku eks pengadilan tertinggi Eropa dan ketua Kontrol Finansial Klub UEFA. Ada satu sosok dibelakang keperkasaan mereka dan dia adalah Nasser Al-Khelaifi miliarder asal Qatar.
Serupa, Manchester City juga dimiliki oleh orang penting yang tidak diragukan lagi akan kekuatan finansialnya yang nyaris tak ada batasannya. Sosok Sheikh Mansour dipercaya sebagai alasan utama mereka tak tersentuh oleh UEFA.
Politisi Arab Saudi ini kabarnya sampai menyewa jasa pengacara kondang, Lord David Pannick agar nama baik City bersih kala membawa kasus ini ke CAS. Benar saja, ia bahkan berani bayar gaji pengacara terbaik itu dengan 20 ribu pounds (Rp363 juta) per hari.
Diganjar gaji nominal gila tersebut nampak senilai dengan jasa Pannick yang pernah mengalahkan orang sekelas Perdana Menteri Inggris, Theresa May, terkait kasus Brexit 2016 silam. Tak heran, kasus terkait masalah kompetisi sepak bola ini cenderung kecil baginya.