Keagungan Dinasti Klopp di Liverpool yang Cepat atau Lambat Bakal Runtuh
Harus diakui, Liverpool tak memiliki kedalaman skuat yang memadai, ada perbedaan jauh akan kualitas pemain utama dengan cadangan. Mirisnya, itu terjadi nyaris di setiap lini, mulai dari kiper hingga penyerang.
Kita mulai dari posisi penjaga gawang, Alisson Becker tentu adalah salah satu yang terbaik saat ini, tapi bagaimana dengan Adrian? Ketidakhadiran Alisson Becker pun disinyalir menjadi salah satu penyebab Liverpool tersingkir dari Liga Champions akibat blunder konyol Adrian.
Virgil van Dijk adalah salah satu bek tengah terbaik saat ini, tetapi jujur saja Liverpool masih belum menemukan tandem idealnya. Joe Gomez memang tandem terbaik saat ini, tapi usianya yang masih sangat muda membuatnya kerap salah mengambil keputusan seperti saat dibantai Manchester City.
Joel Matip memiliki pengalaman lebih banyak dibanding Joe Gomez, tetapi pergerakannya lebih lambat, sehingga membuat Liverpool rentan terhadap serangan balik. Sedangkan Dejan Lovren? Rasanya jika ia tidak melakukan satu blunder saja, itu sudah cukup.
Posisi bek kanan dan bek kiri yang ditempati oleh Trent Alexander-Arnold dan Andy Robertson bahkan tidak memiliki pelapis memadai sama sekali. Neco Williams, James Milner atau Joe Gomez, sama sekali bukan orang yang tepat untuk menjadi pelapis karena perbedaan kualitas terlalu jauh.
Ke lini tengah, trio Georginio Wijnaldum-Fabinho-Jordan Henderson, merupakan kombinasi terbaik untuk menjadi motor penggerak Liverpool. Sama-sama pekerja keras, ketiga pemain ini sejatinya adalah kunci bagaimana Klopp bisa membangun dinastinya tanpa seorang playmaker seperti Philippe Coutinho.
Di lini tengah, mungkin Liverpool memiliki pelapis yang lebih bagus dibandingkan dengan sektor lainnya. Nama-nama seperti James Milner, Naby Keita, hingga Alex Oxlade Chamberlain, tentu memiliki kualitas tak jauh berbeda dengan pemain utama.
Tapi ketimpangan Kembali dapat kita temui di lini serang yang diisi Mohammed Salah-Roberto Firmino-Sadio Mane. Liverpool punya Takumi Minamino, Divock Origi, hingga Xherdan Shaqiri, tetapi rasanya kualitas mereka terlalu jauh dengan pemain utama.
Imbasnya, ketika pemain utama sedang terganggu akibat cedera atau akumulasi kartu, kekuatan Liverpool bakal berkurang drastis karena kualitas pemain cadangan yang buruk. Hal itu bisa dilihat pada beberapa pertandingan terakhir Liverpool.
Saat ditahan Everton, Liverpool memainkan sejumlah pemain cadangan, dan itu sudah terlihat kalau pemain cadangan tak bisa memberi kontribusi lebih. Semakin terlihat ketika Liverpool melawan Manchester City.
Saat Jurgen Klopp memasukan beberapa pemain cadangan di babak kedua, semakin terlihat kalau Liverpool sangat beruntung musim ini. Bayangkan jika Liverpool terkena badai cedera musim ini, rasanya mereka tak akan mudah menjuarai Liga Inggris musim ini.
Gaya Main Liverpool Mulai Terbaca
Selain masalah kualitas pemain cadangan yang sangat buruk, Jurgen Klopp juga harus mulai menyoroti bagaimana gaya main yang diterapkannya mulai bisa dibaca lawan. Duel melawan Manchester City yang berakhir dengan kekalahan telak 0-4, seharusnya sudah membuka mata Klopp.
Memainkan tim inti meski juara, Liverpool tampil dengan penuh Hasrat untuk mengalahkan Manchester City. Namun, Pep Guardiola seperti sudah mulai mengetahui kelemahan gaya main Klopp di Liverpool, sehingga dengan mudah, mereka bisa menang telak.
Salah satu titik lemah Liverpool yang dieksploitasi Pep Guardiola saat itu adalah Joe Gomez, tandem dari Virgil van Dijk. Jangan lupakan juga, Watford, tim pertama yang mengalahkan Liverpool di Liga Inggris, juga mengeksploitasi duet dari Van Dijk yang dianggap sebagai titik lemah.
Tak hanya itu, garis pertahanan tinggi yang biasa dimainkan Klopp juga terlihat sudah menjadi titik lemah juga. Terutama bidang lapangan yang ditinggalkan oleh Trent Alexander Arnold dan Andy Robertson yang terbiasa melakukan overlapping.
Pada akhirnya, Klopp tentu tak boleh santai-santai saja karena kelemahan timnya sudah terbuka dengan lebar. Jika Klopp tak menemukan solusi menutupi kelemahan timnya itu, bukan tidak mungkin jika dinastinya di Liverpool, cepat atau lambat bakal runtuh juga.