INDOSPORT.COM - Jurgen Klopp berhasil membawa Liverpool menjadi kampiun Liga Inggris 2019-2020 dan hal itu tentu tidak lepas dari upayanya menempa mentalitas para pemain di skuatnya.
Perjalanan Jurgen Klopp bersama raksasa Liga Inggris tersebut dimulai pada tahun 2015 lalu saat juru taktik asal Jerman itu datang menggantikan sosok Brendan Rodgers yang belum mampu mengangkat derajat The Reds ke posisi yang mereka inginkan.
Seperti para mantan manajer Liverpool setelah era Rafael Benitez, Jurgen Klopp sempat kesulitan membimbing para anak asuhnya menuju ‘puncak’ kejayaan. Debut pertamanya pun saat melawan Tottenham Hotspur hanya berakhir dengan skor 0-0.
Pada tahun 2016, Klopp sukses membawa Liverpool menuju dua laga final yakni Liga Europa dan Piala Liga Inggris. Namun sayang, mereka harus puas menelan kekalahan di partai puncak dan cukup menggondol gelar runner-up saja.
Untungnya, pihak klub masih ingin menggunakan jasa sang manajer, terbukti dengan perpanjangan kontrak yang terus disodorkan kepadanya. Kepercayaan John W Henry pun mulai dibayar pelan-pelan oleh Klopp yang masih belum menyerah membangun The Reds.
Dikenal sebagai sosok yang eksentrik, Klopp kerap membuat banyak orang tertegun dengan ulah dan kata-kata yang terlontar dari mulutnya. Ia bahkan sempat berseloroh dan menyebut dirinya The Normal One, untuk ‘menyaingi’ Jose Mourinho yang dipanggil The Special One.
Ia juga tak malu-malu berdansa saat Liverpool merayakan gelar juara Liga Inggris, lalu pernah ‘nangkring’ di bagian belakang bus parade kemenangan The Reds di Liga Champions 2018-2019. Pada dua momen tersebut, ia bahkan menggunakan cap (topi) dibalik seperti gaya anak muda yang gaul.
Meski demikian, banyak pemain yang tetap menganggapnya sebagai seorang father figure di klub, seperti Jordan Henderson yang belum lama ini tak bisa menahan air matanya ketika mendapat pesan dari sang manajer.
Imej yang berhasil diwujudkan Jurgen Klopp di skuat Liverpool ini berkat perjuangannya membuat para anak asuhnya itu merasa nyaman berada di bawah bimbingannya, meski dengan cara yang mungkin tak pernah diduga-duga.
Ia cukup sering menegaskan bahwa para pemainnya harus menikmati apa yang mereka akan lalui di depan, tak peduli apa yang akan terjadi nantinya. Ia seolah lebih menekankan effort dan proses ketimbang hasil akhir.
Namun jika dipikir kembali, kebiasaan memfokuskan diri pada effort pada akhirnya akan membawa seseorang pada hasil yang diinginkan, meski ia tak mendapatkannya dengan cara yang instan.