In-depth

Gianluigi Buffon dan Pencarian yang Hilang dari Trofi Si Kuping Besar

Sabtu, 8 Agustus 2020 18:10 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© getty images
Ekspresi kecewa kiper Juventus, Gianluigi Buffon saat melewati trofi Liga Champions 2016/17. Copyright: © getty images
Ekspresi kecewa kiper Juventus, Gianluigi Buffon saat melewati trofi Liga Champions 2016/17.
Kutukan Muntari

Ada cerita unik di balik kegagalan Gianluigi Buffon bersama Juventus merengkuh trofi Liga Champions Eropa. Di balik kesedihan fans Juventus, tentu ada fans sepak bola lain yang bersorak-sorai, semisal AC Milan. 

Kegagalan Juventus otomatis makin mengukuhkan AC Milan sebagai tim Italia tersukses di Eropa. Gagalnya Buffon merengkuh trofi Liga Champions pun disangkutpautkan dengan peristiwa "gol hantu" Sulley Muntari pada musim 2011-2012 lalu. 

Suporter Milan masih ingat betul pada laga Februari 2012 tersebut. AC Milan memimpin puncak klasemen dengan selisih empat poin dari Juventus di peringkat kedua. 

Pada laga pekan ke-25 di San Siro itu, AC Milan sukses unggul terlebih dahulu. Keunggulan Milan pun bertambah pada menit 24', setelah Muntari berhasil menyundul bola dan masuk ke gawang Juventus. 

Akan tetapi, wasit dan hakim garis tak melihatnya sebagai sebuah gol walau dari tayangan lambat, bola terlihat jelas jauh melewati garis gawang. 

Sayangnya, Buffon sebagai sosok kiper yang dihormati, bersikap tak sportif dan ikut membela diri serta mengamini keputusan wasit. Pada akhir laga, Buffon mengaku tak menyesal melakukan hal tersebut.  

Sulley Muntari jadi pemain yang paing kesal pada laga malam itu. “Dia jelas-jelas melihat bola tersebut melewati garis. Saya tidak mengidolakan siapa pun di sepakbola. Tetapi bagaimanapun, saya mengira jika Buffon merupakan pemain yang sportif,” ujar Muntari seperti dikutip dari Tuttosport.

Jika saja gol, Milan bisa memimpin 2-0 dan lebih mudah memenangkan laga alih-alih berakhir imbang 1-1 plus memimpin klasemen dengan keunggulan tujuh angka. Pada akhir musim, Milan harus merelakan scudetto ke tangan Juventus. 

Pada laga tak terlupakan itu, Sulley Muntari mengutuk Buffon dengan menyebut kiper legenda Italia itu tak akan pernah menjuarai Liga Champions Eropa. Dan, boleh percaya boleh tidak, kutukan itu seakan terbukti dengan gagalnya Buffon di dua laga final Juventus setelahnya. 

Parma Rumah Buffon di Eropa

© Fourfourtwo
Gianluigi Buffon saat di Parma Copyright: FourfourtwoGianluigi Buffon saat di Parma

Meski identik dengan Juventus, Gianluigi Buffon sejatinya telah lebih dulu dikenal saat memperkuat salah satu klub penting di Italia, AC Parma. Justru di klub yang kini berganti nama menjadi Parma Calcio 1913 itulah Buffon merasakan titel Eropa. 

Seperti diketahui, selama enam musim membela Gialloblu, Buffon berhasil merengkuh gelar Piala UEFA (Liga Europa) 1998-1999. Itu menjadi gelar Eropa satu-satunya yang dirasakan Buffon sebagai pesepak bola di level klub. 

Selain Piala UEFA, Buffon juga merasakan juara Coppa Italia 1998-1999 serta Piala Super Italia 1999. Parma juga hampir scudetto pada akhir musim 1997-1998 sebelum akhirnya ditikung Juventus. 

Para pencinta sepak bola pun bertanya-tanya. Mengapa tidak sebaiknya Buffon pulang ke klub yang membesarkan namanya alih-alih kembali ke Juventus dari PSG.

Akan jadi sebuah perpisahan sempurna bagi Gianluigi Buffon jika mengakhiri kariernya di tim Parma ketimbang mengejar trofi Liga Champions bersama Juventus dari bangku cadangan.