INDOSPORT.COM – Barcelona, klub adidaya asal Catalan ini mendadak menjadi bulan-bulanan oleh raksasa Jerman, Bayern Munchen. Tak tanggung-tanggung, La Blaugrana dibabat habis 2-8 oleh klub berjuluk The Bavarian pada babak 8 besar Liga Champions, Sabtu (15/08/20).
Banyak yang mengira bahwa jalannya pertandingan akan berlangsung menarik dan tanpa adanya dominasi dari kedua-belah pihak. Tidak mengherankan memang, mengingat keduanya sudah saling membalas gol ketika pertandingan baru berjalan tujuh menit.
Lionel Messi dan kawan-kawan sempat dikagetkan dengan gol cepat yang dicetak oleh Thomas Muller para menit keempat. Mereka pun membalasnya dengan melancarkan serangan yang berujung pada gol bunuh diri David Alaba di menit ketujuh.
Namun keseruan hanya sampai di situ saja. Munchen mulai mendominasi pertandingan usai Ivan Perisic kembali membuat The Bavarian unggul 2-1 di menit ke-22. Tak berselang lama, giliran Serge Gnabry dan Muller yang kembali mencetak gol masing-masing di menit ke-27 dan 31.
Luis Suarez sempat menghidupkan asa Barcelona untuk menyusul ketertinggalan lewat golnya di menit ke-57. Akan tetapi asa tersebut buyar usai Joshua Kimmich (’63), Robert Lewandowski (’82) serta Philippe Coutinho (’85, ’89) mengoyak jala Ter Stegen bertubi-tubi
Kekalahan telak Barcelona dari Bayern Munchen menyisakan segelintir fakta, baik mencengangkan maupun menyedihkan yang telah ramai diperbincangkan oleh pencinta sepak bola dunia. Termasuk status Barcelona yang sulit sekali menang melawan Bayern Munchen dengan persentase 18,2 persen kemenangan.
Persentase yang sangat kecil untuk tim sekaliber Barcelona pada rivalnya, Bayern Munchen ini mengingatkan kita akan sebuah pepatah lawas tentang hewan keledai, yakni: Hanya keledai yang jatuh ke lubang yang sama dua kali.
Mungkin ungkapan tersebut terlalu kasar, namun itulah yang terjadi. Menelisik data dalam 11 pertemuan terakhir di ajang resmi, Barcelona hanya mampu menang dua kali, dengan dua imbang saja.
Pertemuan era modern keduanya dimulai pada musim 2008/09, saat itu di babak perempatfinal Liga Champions. Barcelona asuhan Pep Guardiola berhasil lolos dengan agregat 5-1. Pada laga kali ini, Guardiola menggunakan dua kali formasi 4-3-3. Sementara Munchen mengubah formasi 4-5-1 saat dibantai 0-4, menjadi 4-4-1 saat menahan imbang 1-1 Barcelona.
Setelahnya, Barcelona dapat dikatakan sengsara. Pada musim 2012/13, mereka kalah dengan agregat 0-7 di semifinal Liga Champions.
Pada dua laga di musim ini, Bayern Munchen menggunakan formasi 4-2-3-1 sementara Barcelona menggunakan formasi 4-3-3. Tidak ada perubahan formasi yang dilakukan almarhum Tito Vilanova kala itu, sedangkan Munchen arahan Jupp Heynckes menemukan formasi sempurnanya.
Berlanjut pada musim 2014/15, Barcelona yang kala itu diperkuat oleh trio mengerikan Lionel Messi, Luis Suarez, dan Neymar sukses mengalahkan Bayern Munchen dengan nyaris tersingkir. Barcelona kala itu lolos dengan agregat 5-3 di semifinal Liga Champions.
Munchen yang kala itu dilatih Pep Guardiola, dianggap melakukan kesalahan dengan memakai formasi 3-5-2 saat kalah 0-3 oleh formasi 4-3-3 Barcelona arahan Luis Enrique. Namun pada leg kedua, The Bavarian kembali menggunakan formasi 4-2-3-1 dan menang 3-2 dari formasi 4-3-3 Barcelona.
Lalu setelahnya adalah laga tadi malam. Seakan tidak pernah belajar bagaimana cara membungkam formasi sempurna Bayern Munchen yakni 4-2-3-1, Barcelona bertekuk lutut dengan formasi 4-4-2 yang baru kali pertama mereka gunakan di ajang Liga Champions musim ini.