INDOSPORT.COM - Arema Malang dulu pernah punya generasi emas sejak jatuh terjerembab ke jurang degradasi. Benny Dolo ditunjuk manajemen untuk membangun kekuatan tim Singo Edan mulai dari nol di kasta kedua kompetisi.
Pelatih kelahiran Manado yang sukses membawa Persita Tangerang menapak final Liga Indonesia 2002 itu pun mengemban tugas yang tidak mudah.
Terlebih, tuntutan manajemen hanya satu, yakni segera mengangkat kembali Arema ke Divisi Utama alias kompetisi kasta tertinggi.
Jajaran pemain lokal maupun asing yang berada pada usia emas lalu dibawa Bendol ke Malang. Salah satunya Joao Carlos, Playmaker Brasil yang hadir bersama dua koleganya, Claudio De Jesus dan Lourival Junior Lima Filho.
Joao Carlos mewarnai lini tengah Arema sejak mentas di kompetisi Divisi Satu 2004. Lantas, bagaimana kabar dari Playmaker kaki kiri yang lekat dengan julukan El Magiciano alias si tukang sihir itu?
"Halo, kabar saya baik-baik saja kawan. Salam dari Brasil untuk teman-teman di sana (Malang)," ujar pemilik nama lengkap Joao Carlos Quintao Dos Santos, menjawab Direct Message redaksi berita olahraga INDOSPORT di Instagram, Kamis (10/09/20) dini hari.
Hampir dua dekade berlalu, Joao Carlos ternyata sudah merintis karier kepelatihan di Brasil. Selain beberapa klub profesional, dia juga mengembangkan akademi miliknya untuk pemain usia muda.
"Ya, saya sudah menjadi pelatih di klub Asal Goncalo untuk U-18. Saya juga punya SSB (sekolah sepak bola) U-9 sampai U-16 di kampung halaman," kata Joao Carlos.
"Saya mau tingkatkan ke lisensi A untuk bisa kembali ke Indonesia," sambung pemegang lisensi B CBF (federasi sepak bola Brasil) yang kini berusia 45 tahun tersebut.
Joao Carlos pun tak pernah lupa dengan Arema, Malang dan juga Aremania. Karena selama tiga musim, kariernya dipenuhi dengan trofi mulai saat menjuarai Liga Indonesia Divisi Satu 2004, Copa Indonesia 2005 dan 2006.
"Memori yang sangat indah. Salam satu jiwa," adik Carlos De Mello, Playmaker legendaris PSM Makassar dan Persita Tangerang itu mengakhiri obrolan.