INDOSPORT.COM – Dalam perjalanannya, sepak bola dan musik tidak bisa dipisahkan. Beragam lagu menjadi andalah chants suporter maupun jadi soundtrack kompetisi. Namun kisah itu terlalu umum jika dibandingkan sentuhan musisi Ska yang membawa Chelsa meraih gelar juara.
Setiap klub bersama suporternya memiliki acuan band atau musisi yang di mana musiknya disadur ke dalam chants. Tanyakan pada para pendukung Ajax Amsterdam yang kadang menyanyikan lagu Bob Marley yang berjudul ‘Three Little Birds’.
Selain itu, ada pula musisi yang mengidolai sebuah klub. Umumnya hal ini biasa didapati di Inggris di mana para musisi yang di masa remajanya memang akrab dengan tontonan sepak bola.
Sebagai contoh ada Steve Harris seorang penggemar garis keras West Ham United dan duo pentolan Oasis, Liam dan Noel Gallagher yang mengidolai dan kerap hadir mendukung Manchester City.
Bahkan sebagai penggemar, Gallagher bersaudara menanggalkan statusnya sebagai musisi dan kerap mengomentari tindak tanduk Man City. Ya walau kadang dengan statusnya keduanya mendapat privilege dan dekat dengan para pemain klub idolanya.
Di Indonesia pun ada nama Rian D’Masiv yang terang-terangan mengidolai Persija Jakarta. Bahkan pria yang lahir di Yogyakarta ini membuat sebuah anthem yang kerap dinyanyikan Jakmania, sebutan fans Macan Kemayoran, pasca laga yang berjudul ‘Kemenangan Kita Semua’.
Kisah yang hampir mirip dengan Rian D’Masiv ini pun juga pernah dilakukan oleh Graham McPherson atau yang biasa dikenal dengan Suggs. Sama seperti Rian D’Masiv, Suggs juga merupakan vokalis dari band bernama Madness.
Madness dan Chelsea di Mata Suggs
Band Madness sendiri adalah band Inggris beraliran Ska yang berjaya di era 1970 dan 1980 an. Musik yang fun menjadikan band ini dianggap sebagai pelopor genre Ska yang berjaya di era 1980 an di Inggris.
Apalagi usai mengaransemen lagu berjudul 'One Step Beyond' milik Prince Buster, nama Madness kian menanjak dengan lagu lainya seperti 'It Must Be Love, Baggy Troussers, House of Fun' dan sebagainya.
Kepopuleran Madness sebagai sebuah band tak lepas juga dari pengaruh Suggs. Vokalis satu ini kerap menunjukkan aksi 'slengekan' bersama rekan-rekannya yang menjadi citra pemuda British saat itu.
Singkat cerita, dalam awal perjalanan Madness sebagai sebuah band dan usahanya untuk naik daun, sang Frontman, Suggs, malah sibuk dengan kegiatan di luar bermusik, yakni sebagai menonton pertandingan Chelsea.
Bahkan karena kesibukannya menonton Chelsea, ia pernah dipecat oleh Madness. Pasalnya saat itu ia mangkir latihan sebelum merekam album One Step Beyond.
“Saya dipecat dari Madnesss sebelum rekaman One Step Beyond, album terbaik kami. Kami biasanya latihan tiap hari Sabtu dan para personel band merasa jengkel karena saya sering tak hadir dan saya memilih menonton Chelsea!,” kenang Suggs dilansir The Guardian.
Kabar pemecatan itu sendiri ia dapatkan dari sebuah iklan di mana Madness mencari vokalis anyar. Saat Suggs melihat nomor telepon yang tertera di iklan tersebut, ia menyadari bahwa dirinya dipecat.
Meski begitu, vokalis yang menggantikannya tak bisa menggantikan peran Suggs yang memang paham dengan materi lagu Madness. Akhinya ia ditarik dan kembali fokus dalam bermusik.
Kecintaan Suggs pada Chelsea pun membawa dirinya mencicipi hooliganisme. Ia kerap berhadapan dan bentrok dengan para pendukung rival The Blues. Memang di tahun 1970 an, hooliganisme kental di sepak bola Inggris.
Meski begitu, Suggs mengakui bahwa ia menikmati hooliganisme di masa mudanya sebagai pendukung Chelsea. Bahkan ia pernah melakukan aksi nekat dengan menonton pertandingan Chelsea di tribun pendukung Milwall.
“Suatu hari, saya dan Chalky pergi ke Old Den (markas Milwall) dan masuk ke tribun pendukung Milwall sembari menyembuyikan syal kami,” kenang Suggs dikutip dari Daily Mail.
Adapun alasan masuk ke tribun lawan karena Suggs dan Chalky tahu betul bahwa akan terjadi gesekan di tribun pendukung Chelsea. Dan benar saja, para pendukung The Blues dihajar oleh fans Milwall. Suggs dan Chalky terhindar dari hajaran pendukung tuan rumah.
Kisah-kisah Suggs dalam mengidolai Chelsea pun membuatnya berinisiatif memberikan hadiah bagi tim kesayangannya. Dengan statusnya sebagai penyanyi dan penulis lagu, Suggs pun memberikan hadiah lagu.
Lagu berjudul ‘Blue Day’ ia berikan tak hanya sebagai bentuk kecintaan Suggs terhadap Chelsea, melainkan juga sebagai lagu penyemangat para penggawa The Blues untuk berprestasi.