INDOSPORT.COM – Telah banyak pemain asing hebat yang membela Chelsea sejak format baru Liga Inggris digelar tahun 1992. Namun, hanya Gianfranco Zola saja yang menahbiskan dirinya sebagai yang terbaik di Stamford Bridge.
Zola merupakan pesepak bola Italia yang lahir di Oliena, sebuah kota di Pulau Sardinia pada 5 Juli 1966. Lahir di era kebangkitan sepak bola Italia, ia pun menjalani masa kecilnya dengan si kulit bundar.
Klub profesional pertama Zola sendiri adalah klub lokal Sardinia bernama Nuorese ada 1984 yang ia bela selama 2 musim sebelum hijrah ke klub bernama Torres di mana ia menghabiskan 3 musim bersama klub tersebut.
Pad 1989, Napoli sebagai salah satu kekuatan sepak bola Italia kala itu, datang memboyongnya usai mendapat perhatian Lucianno Mogg yang terkesan dengan penampilannya di Serie C1.
Tak butuh waktu lama, Zola pun melakukan debutnya bersama Napoli di Serie A yang berujung dengan prestasinya yang membawa Napoli meraih titel Serie A pada musim perdananya tersebut.
Kedatangannya kala itu pun diyakini Napoli sebagai pengganti sepadan Diego Maradona yang menua sejak datang pada tahun 1984. Bersama legenda Argentina tersebutlah, Zola berteman baik dan mendalami teknik termasuk tendangan bebas.
Benar saja, Zola yang sebelumnya diyakini menjadi penerus Maradona berhasil menunjukkan kualitasnya kala menjuarai Supercoppa Italia di saat sang legenda terkena kasus narkoba pada musim 1990/91.
Kendati di musim keduanya Napoli hanya mampu finis di tempat ke-7, Zola tetap menjadi perbincangan karena aksi individunya yang memanjakan mata.
Alhasil pada awal musim 1993/94, ia digaet oleh Parma yang merupakan tim papan atas Italia kala itu. Selama 4 musim membela Parma, ia mampu melesakkan 63 gol dari 149 laga dengan 2 gelar UEFA Super Cup dan 1 Gelar Piala UEFA.
Kecerdikannya dalam bermain dan kehebatannya dalam olah bola dengan tinggi yang hanya 1,68 meter, Zola menarik perhatian Chelsea yang kala itu diasuh Ruud Gullit. Pada Januari 1997, ia pun untuk pertama kalinya bermain di luar kampung halamannya.
Secara singkat, Zola yang banyak menjalani kariernya di Italia langsung nyetel dengan permainan Inggris dan Chelsea. Tak butuh waktu lama, pada Mei 1997 ia berhasil memberi gelar perdana ke The Blues setelah berpuasa hampir 20 tahun lebih.
Dampak yang Gianfranco Zola berikan kepada Chelsea pun terbilang masif. Banyak yang menduga dengan fisiknya yang kecil untuk ukuran pesepak bola ia akan kesulitan di Liga Inggris yang kala itu terkenal dengan permainan keras.
Namun kejelian Zola dalam mengolah bola yang ia dapatkan dari Maradona semasa di Napoli membantunya mengatasi kekurangan itu. Pada musim 1997/98, ia menjadi aktor penting kala Chelsea meraih tiga gelar atau treble winners.
Tiga gelar tersebut adalah UEFA Super Cup dengan menumbangkan Real Madrid, lalu Piala Winners dengan menumbangkan Stuttgart dan Piala Liga Inggris dengan mengalahkan Middlesbrough.
Ada kisah menarik sebelum Chelsea merengkuh gelar Piala Winners 1997/98. Zola yang jadi instrumen penting The Blues tengah cedera yang membuatnya diragukan tampil di laga melawan Stuttgart di Stockholm.
Tapi keinginannya bermain dan memberi gelar untuk Chelsea membuatnya turun pada menit ke-69. Hanya dalam waku 20 detik saja, ia berhasil mencetak gol memanfaatkan umpan Dennis Wise. Gol ini membuat The Blues meraih trofi Eropa kembali sejak 1971.
Apa yang dibuat Zola malam itu di Swedia membuat Chelsea melaju ke ajang UEFA Super Cup dan bertemu raksasa Eropa, Real Madrid.
Zola tak ada henti-hentinya menunjukkan magisnya. Umpan yang ia berikan ke Gus Poyet yang kemudian berhasil mencetak gol membuat Chelsea meraih gelar UEFA Super Cup 1998.
Dampak instan yang diberikan Zola kepada Chelsea membuat namanya harum melegenda di Stamford Bridge. Ia dianggap sebagai gerbong Italia bersama Gianluca Vialli dan Roberto Di Matteo sebagai pembawa kesuksesan The Blues hingga meraih gelar di kancah domestik dan Eropa.
Sebagai penghormatan untuknya, Chelsea pun memilih untuk pensiunkan nomor punggung 25 yang Gianfranco Zola kenakan semasa menjadi pesulap kecil di Stamford Bridge.