INDOSPORT.COM – CEO PSIS Semarang, Yoyok Sukawi tak menampik bahwa klubnya tengah bingung mencari tambahan dana di tengah ketidakpastian kompetisi Liga 1.
Pasalnya walaupun kompetisi berhenti, manajemen Laskar Mahesa Jenar tetap berkewajiban membayar hak pemain pelatih, official, hingga karyawan kantor PT. Mahesa Jenar Semarang yang angkanya mencapai ratusan juta rupiah per bulan.
Dari pengakuan Yoyok Sukawi, pandemi virus corona membuat beberapa sponsor belum menyairkan dana segar yang telah dijanjikan serta sulit untuk melakukan pinjaman ke bank.
“Kalau tidak ada pandemi mungkin kami bisa minta sponsor memajukan pencairan dananya. Mereka biasanya setuju. Kalau misal sponsor tidak bisa, kami bisa cari alternatif dengan pinjam di bank, namun lagi-lagi juga sulit,” ujar Yoyok Sukawi, Rabu (14/10/20) di Kota Semarang.
“Kalau tidak pandemi, biasanya malah bank yang berlomba-lomba nawarin hutangan,” imbuhnya sambil tertawa.
Tak berhenti di situ, posisi Yoyok Sukawi sebagai CEO PSIS terkadang juga harus merelakan beberapa aset pribadinya untuk dijual demi menutup operasional klub. Namun lagi-lagi ia juga terkendala untuk menjual sebagian asetnya tersebut.
“Mau jual aset di kondisi seperti ini juga sulit. Orak ono sing tuku (tidak ada yang beli). Sampai seberat itu,” ungkap pria yang juga anggota Exco PSSI ini.
Saat ini Yoyok Sukawi beserta manajemen PSIS juga tengah bingung terkait kompetisi. Pasalnya berhenti atau dilanjutkannya kompetisi tetap membuat klub merugi di tengah pandemi virus corona.
“Situasinya memang membingungkan. Lanjut rugi, berhenti juga rugi,” kata Yoyok Sukawi.
Dengan kondisi seperti itu, Yoyok Sukawi juga berharap segera ada kepastian terkait kompetisi dari PT. Liga Indonesia Baru (PT. LIB) selaku operator liga. Pasalnya manajemen PSIS butuh perencanaan anggaran apabila kompetisi lanjut mau pun berhenti.
Hasil manager meeting di Sleman pada Selasa (13/10/20) kemarin juga tidak membuat manajemen PSIS merasa lega. Pasalnya kompetisi Liga 1 tetap saja masih digantung karena izin dari Kepolisian Republik Indonesia yang tak kunjung didapatkan.