INDOSPORT.COM – Banyak tim-tim yang kerap dihantui nasib sial sepanjang perjalanannya. Namun untuk gelaran tersial dan terapes di kompetisi Eropa, sepantasnya sematan ini diberikan untuk raksasa Portugal, Benfica.
Benfica sendiri adalah tim asal Portugal yang dibentuk pada 1904. Tim berjuluk Si Elang ini merupakan salah satu tim papan atas Portugal karena prestasinya baik di kancah domestik maupun kontinental.
Sejak berdiri pada 1904, Benfica telah menjuarai 70 gelar di kancah domestik dan Eropa. Gelar terbanyak disumbangkan dari kancah domestik dengan rincian 37 gelar Liga Portugal dan 26 gelar Piala Portugal.
Kehebatan Benfica di kancah domestik pun menjadikannya kerap tampil di kompetisi terbaik se benua Eropa yakni European Cups atau Liga Champions.
Bahkan torehan apik pernah dibuat pada tahun 1960 hingga 1962 di mana Benfica mampu menjuarai European Cup (Liga Champions) secara back-to-back.
Raihan ini tak lepas dari racikan pelatih asal Hungaria, Bela Guttmann. Di tangannya, Benfica mampu memenangkan Liga Champions 1961 dan 1962 dengan mengalahkan dua jawara Spanyol, Barcelona dan Real Madrid.
Racikannya ini membuat namanya dikenang sebagai salah satu pelatih terbaik di Eropa. Dengan torehannya beserta statusnya sebagai pelatih juara Eropa, Guttmann pun merasa jemawa dan meminta reward lebih atas kontribusinya.
Permintaan Guttmann tersebut adalah kenaikan gaji. Hal ini dirasa presiden Benfica sebagai hal yang tak masuk akal. Penolakan dan merasa kontribusinya dipandang sepele membuat Guttmann naik pitam.
Ia pun lantas pergi dan mengutuk Benfica dengan kutukan yang termahsyur dan dikenang banyak orang hingga saat ini.
“Tidak dalam seratus tahun sekarang, Benfica akan menjadi juara Eropa (lagi),” bunyi kutukan Guttmann.
Manjurkah kutukan Guttmann? Hingga 2020 ini atau 58 tahun berselang, kutukan pria keturunan Yahudi ini manjur dan masih menghantui Benfica. Itu kenapa Si Elang terbilang apes di kompetisi Eropa.
Manjurnya kutukan Bela Guttmann terjadi pertama kali pada tahun 1963. Saat itu, Benfica bertemu AC Milan di partai final Liga Champions. Di laga ini, Si Elang mampu mencetak gol terlebih dahulu lewat Eusebio pada menit ke-19.
Namun di babak kedua, AC Milan bangkit dan langsung membalas lewat dua gol Jose Joao Altafini di menit ke-58 dan 69. Benfica pun gagal menjadi juara Eropa.
Pun dua tahun berselang, Benfica kembali lolos ke final Liga Champions dan bertemu Inter Milan arahan Hellenio Herrera. Lagi-lagi Si Elang tumbang dari wakil Italia dengan skor 1-0 lewat gol tunggal Jair da Costa di menit ke-42.
Kutukan Guttmann ini pun benar-benar membuat Benfica apes kembali saat gagal menjadi juara pada saat menjadi finalis Liga Champions dan menghadapi Manchester United (1968), PSV Eindhoven (1988) dan AC Milan (1990).
Tak hanya di Liga Champions, bahkan di Liga Europa (Piala UEFA), kutukan Guttmann juga terbukti. Saat final 1983, Benfica tumbang dari Anderlecth. Pun di era modern pada tahun 2013 dan 2014 saat Si Elang tumbang dari Chelsea dan Sevilla.
Total delapan kali sudah Benfica gagal mengangkat trofi Eropa sejak kutukan Bela Guttmann digaungkan. Tentu bisa dibayangkan betapa apesnya Si Elang selama 58 tahun sejak kutukan itu diberikan mantan pelatih terbaiknya.