INDOSPORT.COM - Diogo Jota bisa saja mengikuti jejak Sadio Mane di klub Liga Inggris, Liverpool, jika mampu mempertontonkan performa apik secara konsisten.
Seperti diketahui, Jota didatangkan dari Wolverhampton Wanderers pada bursa transfer pemain musim panas kali ini dengan nilai transfer 45 juta poundsterling atau sekitar Rp859 miliar.
Bagi sebagian pihak, angka tersebut tergolong mahal namun bukan berarti sang pemain tidak layak mendapatkan label itu. Ia pun hanya butuh membuktikan diri dan membungkam keraguan orang-orang terhadapnya.
Jota pun sudah menancapkan start yang baik saat melakoni debut di pertandingan kontra Arsenal di ajang Liga Inggris. Ia menyumbang satu dari tiga gol kemenangan The Reds atas The Gunners pada waktu itu.
Berhubung transfer Thiago Alcantara menyita banyak perhatian publik, kedatangan Jota seolah jadi biasa saja. Padahal, ia bisa jadi tambahan amunisi yang lumayan bagi skuat Jurgen Klopp.
Diogo Jota, saat masih berseragam Wolverhampton Wanderers, adalah salah satu pemain andalan yang berhasil menyarangkan tujuh gol dari 34 pertandingan musim lalu. Ia juga membantu Wolves mulai eksis di panggung Eropa.
Pengalamannya baik di Liga Europa maupun Liga Champions (saat membela Porto) tentu akan bermanfaat bagi The Reds. Ditambah lagi, Jota sudah mendapat tempat di Timnas Portugal usai melakoni debut tahun lalu.
Dengan demikian, Liverpool berhasil mengamankan talenta muda yang harus diasah demi regenerasi masa depan mereka. Bukan tidak mungkin ia bisa jadi The Next Sadio Mane of Liverpool.
Sadio Mane tidak langsung luar biasa saat pertama menginjakkan kaki di Liverpool. Akan tetapi, pelan-pelan ia tumbuh sebagai pemain yang dapat diandalkan dan kini jadi tumpuan di lini serang bersama Mohamed Salah.
Meski sudah memiliki Mane dan Salah, Klopp sampai saat ini masih belum punya pemain yang bisa merefleksikan baik skill maupun mentalitas yang sepadan dengan kedua bintangnya tersebut.
Selain menjadi ancaman bagi pertahanan lawan, Sane dan Salah juga punya naluri untuk menekan permainan, membantu pertahanan meski tanpa bola, dan cepat beradaptasi saat tim melakukan transisi.