INDOSPORT.COM - Kiper legendaris Persija Jakarta, Zahlul Fadil, bercerita mengenai situasi mencekam laga tandang melawan salah satu 'musuh bebuyutan', Persib Bandung, di musim-musim awal Liga Indonesia era 1990-an.
Tempo hari, INDOSPORT mengulas tentang Zahlul Fadil yang berpredikat kiper inti pertama Persija Jakarta di era profesional. Dia diketahui mengawal gawang Macan Kemayoran di empat edisi awal kompetisi kasta tertinggi pasca-peleburan Perserikatan dan Galatama (1994-1998).
Zahlul Fadil adalah bagian penting dalam skuat Persija era 1990-an. Dia menyandang status kiper utama sejak masih tergabung dalam Perserikatan (1988-1994).
Sayang, Zahlul Fadil berkarier di saat Persija memasuki fase penurunan sebelum diambil alih Sutiyoso alias Bang Yos yang notabene Gubernur DKI Jakarta dua periode (1997-2007).
Zahlul Fadil juga mengalami masa keemasan ketika basis suporter Persija Jakarta, The Jakmania, belum terbentuk. Sehingga, wajar apabila namanya terdengar asing di kalangan pendukung Macan Kemayoran.
Secara eksklusif kepada redaksi berita olahraga INDOSPORT, Zahlul Fadil bercerita soal masa-masa dirinya membela Persija. Terdapat sebuah momen berkesan ketika dia bersama rekan setim menyambangi markas lama Persib Bandung, Stadion Siliwangi, era 1990-an.
"Pernah suatu ketika kami menang atas Persib di Stadion Siliwangi. Seluruh pemain Persija pulang ke hotel naik kendaraan TNI sampai di hotel tim ambil tas terus langsung pulang diantar TNI sampai jalan tol," cetus Zahlul Fadil, Kamis (23/10/20).
Sepanjang membela Persija, Zahlul Fadil memang tergolong cukup sering mengalami peristiwa yang meninggalkan kesan tersendiri saat melawan Persib.
Selain dikawal TNI, Zahlul Fadil juga punya memori di lapangan ketika berhadapan dengan Persib Bandung, tepatnya dalam pertandingan semifinal edisi pamungkas Perserikatan (1993-1994).
Laga tersebut berlangsung di Stadion Utama Senayan (sekarang SUGBK) dan disaksikan sekitar 100.000 penonton. Zahlul Fadil yang mengawal gawang Persija terkapar di tengah pertandingan.
"Waktu itu situasi sepak pojok. Bola berhasil saya halau, tapi kepala saya menabrak tiang gawang. Pertandingan sempat distop sementara oleh wasit," jelasnya.
"Namun, setelah itu saya lanjut bermain. Kepala saya luka robek dan harus diperban. Saya keukeuh melanjutkan pertandingan karena waktu Stadion Utama Senayan penuh sesak. Kapasitas 100.000 penonton," ujar Zahlul Fadil.
Sayang, kengototan Zahlul Fadil berujung pahit. Persija Jakarta mesti menerima kenyataan gagal menembus final Perserikatan lantaran ditekuk Persib lewat adu penalti (4-5) usai bermain imbang 1-1 di waktu normal.
Berikutnya, Zahlul Fadil kembali gagal di laga perebutan tempat ketiga kontra Persebaya Surabaya (2-4), sementara Persib Bandung keluar sebagai kampiun edisi penutup Perserikatan.
Tidak habis sampai di situ, Zahlul Fadil masih punya satu cerita lagi terkait rivalitas Persija dengan Persib yang terjadi dalam perjumpaan perdana kedua klub di era profesional alias Liga Dunhill I (1994-1995).
Kala itu, Persija berstatus tuan rumah, 16 April 1994. Pertandingan semula digelar di Stadion Utama Senayan, tapi secara mendadak dipindah ke Stadion Menteng oleh panpel.
Imbasnya, Bobotoh yang sudah terlanjur sampai di Senayan terkejut dan kesal. Dengan hati dongkol mereka ramai-ramai beranjak ke Stadion Menteng.
Sesampainya di Stadion Menteng, pertandingan sudah memasuki pertengahan babak pertama dan tak lama kemudian Persija mencetak gol duluan melalui aksi Iskandar pada menit ke-37.
Entah apa yang ada di pikiran Iskandar. Gelandang legendaris Persija Jakarta tersebut melakukan selebrasi gol di depan tribun yang berisi ratusan Bobotoh.
"Sehabis cetak gol, Iskandar malah selebrasi ke Bobotoh. Dia memancing emosi Bobotoh yang awalnya sudah dongkol karena pertandingan tiba-tiba dipindah dari Senayan ke Menteng," tutur Zahlul Fadil.
"Iskandar sempat kena bogem mentah salah satu Bobotoh dan kami kena lemparan botol. Pertandingan harus distop sementara. Panpel bahkan sampai memanggil satu kompi TNI dan Polisi," katanya.
Beruntung, Menteng merupakan daerah "Ring 1" karena berdekatan dengan Jalan Cendana (kediaman Presiden RI kala itu, Soeharto), sehingga pihak keamanan bergerak cepat meredam kericuhan.
Laga tersebut lantas berkesudahan dengan skor imbang 1-1. Persib membalas di pertengahan babak kedua via sepakan Sutiono Lamso, tepatnya pada menit ke-65.
Begitulah penuturan Zahlul Fadil tentang rivalitas Persija Jakarta dan Persib Bandung era 1990-an.