INDOSPORT.COM - Setiap kesuksesan pasti memiliki awalan, tidak terkecuali dalam lingkup sepak bola. Pijakan awal yang mantap sejak dini menjadi penentu langkah para pesepak bola ketika mereka memasuki level profesional.
Di kancah sepak bola nasional, sebagian besar pesepak bola profesional biasanya memulai perjalanan kariernya dari SSB. Dasar-dasar teknis seperti mengoper, menendang, menyundul, dan taktik, hingga cara bersikap di lapangan mereka pelajari di sini.
Namun, keberadaan SSB sebagai peletak dasar-dasar sepak bola kepada pemain seolah tak dianggap oleh PSSI. Mereka kerap kali merugi karena perilaku klub-klub ternama Tanah Air yang dengan seenaknya datang dan membajak siswa-siswa berbakat di sana.
Klub-klub bebas bertindak sewenang-wenang seperti itu lantaran memang belum ada aturan yang melindungi SSB sebagai pengasah bakat-bakat muda, terutama putra daerah masing-masing.
Situasi ini dikeluhkan oleh salah satu SSB ternama di kawasan Bogor. Cibinong Poetra. Mereka tercatat pernah beberapa kali menjadi korban pembajakan klub-klub profesional yang tanpa permisi mencomot pemain-pemain berkualitas top yang telah dididik sejak lama.
"Memang belum ada aturan itu. Kami di SSB tak bisa berbuat apa-apa ketika ada siswa kami yang diambil klub profesional tanpa ada pembicaraan terlebih dulu," kata Herson Hizkia selaku owner SSB Cibinong Poetra kepada redaksi berita olahraga INDOSPORT, Selasa (27/10/20).
"Siswa tentu senang dan didukung orang tuanya ketika ada tawaran dari klub. Kami juga tak bisa menahan, toh mereka di sini tidak terikat kontrak. Mereka membayar biaya latihan, tapi secara etika kan kurang bagus kelihatannya ya," cetusnya.
Herson Hizkia, yang juga menjabat sebagai anggota Exco Asprov PSSI Jawa Barat, sudah pernah mengajukan aturan ini ke pusat. Dia ingin ada perlindungan untuk SSB dari 'kenakalan' klub-klub profesional.
"Sudah lama diajukan, tapi sepertinya bukan prioritas untuk disegerakan oleh PSSI. Pembinaan usia dini memang kurang 'nendang' untuk meningkatkan popularitas sih," ujar Herson.
Meski belum ada aturan, bukan berarti semua klub Indonesia berperilaku seragam soal pembajakan siswa SSB. Barito Putera contohnya, dalam urusan perekrutan salah satu pemain muda potensial jebolan timnas Indonesia U-16 era Fakhri Husaini dan langganan Garuda Select, Mochamad Yudha Febrian.
"Barito Putera itu berkelas ya. Mereka datang baik-baik meminta kami melepas Yudha dengan kompensasi yang sepadan dan bermanfaat untuk Cibinong Poetra," tutur Herson Hizkia.
"Kalkulasinya seperti ini. Misalkan biaya latihan Yudha sebulan di Cibinong Poetra itu Rp100.000. Dikalikan 12 untuk setahun jadi Rp1,2 juta. Nah Yudha menimba ilmu di sini selama 10 tahun, jadi total Rp12 juta yang dibayarkan Barito Putera kepada kami sebagai kompensasi," tandasnya.
Sekadar mengingatkan, SSB Cibinong Poetra sangat berkaitan erat dengan pembinaan sepak bola usia dini di Jawa Barat, terutama Kabupaten Bogor dan sekitarnya.
Di sinilah sebagian besar pesepak bola asal Bogor menimba ilmu dan mengasah diri masing-masing sejak dini. Maklum, SSB Cibinong Poetra sudah dua dekade eksis menghasilkan pemain potensial yang belakangan ikut meramaikan kompetisi nasional, mulai dari Liga 3, Liga 2, bahkan Liga 1.
Awal tahun ini, SSB Cibinong Poetra merayakan hari jadi yang ke-20. Mereka tercatat sudah berdiri sejak 2000 serta secara konsisten dan kontinyu membina bakat-bakat muda asal daerah Bogor dan sekitarnya.
SSB Cibinong Putra juga beberapa kali mengorbitkan pemain ke level elite, antara lain Ridwan Awaludin (eks SAD Uruguay seangkatan Syamsir Alam), Mochamad Yudha Febrian (Garuda Select dan Barito Putera), serta yang terbaru Faris Abdul Hafizh (Persib Bandung U-18).