INDOSPORT.COM – Sepak bola tak akan pernah populer di Amerika Serikat. Keyakinan ini tumbuh sejak bergulirnya MLS pada tahun 1993. Namun, di tahun 2020 ini, negeri Paman Sam nampak akan mulai menggeluti si kulit bundar seiring lahirnya ‘Generasi Emas’.
Berbicara soal sepak bola di Amerika Serikat mungkin adalah sesuatu hal yang tabu. Pasalnya, olahraga 1 ini tak mampu menarik banyak peminat di negara adidaya tersebut.
Mayoritas masyarakat Amerika Serikat lebih menyukai Basket lewat NBA, lalu American Football via NFL dan Bisbol via Major League Baseball. Sepak bola dengan MLS nya mungkin hanya dianggap pelengkap saja.
Akan tetapi, sepak bola perlahan berkembang di Amerika Serika seiring hadirnya Piala Dunia 1994 dan banyaknya pertandingan pramusim yang tersaji di Paman Sam.
Siapa yang bisa menyangka, duel pramusim Real Madrid vs Manchester United di Michigan pada 2014 silam mampu mencetak rekor dengan hadirnya 109.31 penonton ke stadion tempat pertandingan.
Pelan tapi pasti, sepak bola pun mulai dilirik masyarakat Amerika Serikat. Para pemain timnas Paman Sam yang tergabung dalam USMNT pun mulai mendapat pengakuan.
Ada Claudio Reyna, Clint Dempsey, Tim Howard, dan lain sebagainya. 3 nama tersebut pun dianggap sebagai pionir karena nama ketiganya melambung tinggi di Amerika Serikat dan pernah berkarier di Inggris, negara yang dianggap maju sepak bolanya.
Kini jejak ketiganya pun diikuti oleh Christian Pulisic yang menjejakkan kakinya ke Inggris pada musim 2019/20 saat bergabung Chelsea dari Borussia Dortmund.
Transfer sebesar 64 juta euro atau Rp1 triliun menjadikannya pemain sepak bola termahal sepanjang sejarah Amerika Serikat. Besarnya harga yang dikeluarkan Chelsea di balik kontraknya yang tersisa 1 tahun lagi pun mendapat kritikan saat itu.
Namun, harga yang dikeluarkan Chelsea dan yang diminta Borussia Dortmund untuk Pulisic kala itu merupakan harga yang pantas. Apalagi mengingat sepak terjang pemain berusia 22 tahun ini sebagai simbol dan pembuka jalan ‘Generasi Emas’ Amerika Serikat di Eropa.