INDOSPORT.COM - Real Madrid dinilai terlalu bergantung dengan sosok kapten mereka, Sergio Ramos. Fenomena ini pun menjadi sebuah polemik dan pertanyaan besar mengenai masa depan klub tersukses di Spanyol itu.
Sudah tidak diragukan lagi, sosok Sergio Ramos memang begitu vital di skuat Zinedine Zidane. Tanpanya, Real Madrid seakan kehilangan jati diri sebagai klub besar yang disegani.
Hal ini terlihat nyata dalam dua kekalahan yang didapat Real Madrid pada musim 2020/2021 saat ini. Klub berjuluk Los Blancos itu menelan kekalahan 0-1 dari Cadiz di Alfredo Di Stefano Stadium, kandangnya sendiri. Saat itu, Sergio Ramos harus ditarik keluar di menit ke-46.
Kehilangan seorang mentor dari lini belakang juga mental para pemain yang menurun, membuat Real Madrid tak mampu mencetak gol saat menjamu Cadiz. Kekalahan ini pun menuai polemik para pemerhati sepak bola.
Dan puncaknya adalah saat Real Madrid, yang lagi-lagi harus kalah di kandangnya lagi saat menjamu Shakhtar Donetsk. Pertemuan terjadi dalam fase Grup B Liga Champions pada Rabu, 21 Oktober 2020 lalu.
Bermain tanpa Sergio Ramos karena cedera, Luka Modric dan kawan-kawan kalah dengan skor tipis 2-3. Sorotan terjadi saat jeda babak pertama, di mana Real Madrid sempat tertinggal 0-3 terlebih dahulu.
Cibiran dan sindiran pun terus mengalir ke Real Madrid sebelum akhirnya Sergio Ramos pulih dan kembali bermain. Perbedaan cara main Los Blancos pun terlihat nyata saat eks Sevilla ini kembali tampil di laga penting El Clasico.
Bertandang ke Camp Nou, kandang Barcelona, Sergio Ramos membantu Real Madrid menang dengan skor yang cukup telak, 3-1. Situs statistik whoscored mencatat bahwa pria berusia 34 tahun ini keluar sebagai Man of The Match dengan rating yang mencapai 8,21.
Umpan sukses yang mencapai 95 persen, ditambah dengan tiga kali menang duel udara dan tekel yang sukses menghadirkan sebuah tembok besar di Camp Nou yang sulit ditembus oleh Lionel Messi dan kawan-kawan.
Tak lupa, Ramos juga turut andil dalam mencetak gol di laga tersebut melalui titik putih. Golnya di menit ke-63 seakan menjadi pembeda dan mengubah mental timnya, setelah 55 menit lamanya kedua tim bermain imbang 1-1.
Setelah mengalahkan Barcelona dan kembalinya Sergio Ramos, Real Madrid pun terus meraih hasil positif, atau setidaknya tidak pernah kalah pada tiga laga selanjutnya.
Mereka sukses membenamkan SD Huesca dengan skor telak 4-1, lalu di ajang Liga Champions Real Madrid sempat tertahan oleh Borussia Monchengladbach di Jerman dengan skor 2-2, sebelum akhirnya membenamkan Inter Milan dengan skor 3-2.
Peran penting Sergio Ramos pun kini mulai digoyahkan, bukan oleh sang rival tetapi dari jajaran manajemen klub sendiri. Sang Presiden, Florentino Perez, diketahui memiliki sebuah tradisi di mana manajemen tidak akan memberikan kontrak lebih dari satu tahun kepada pemain yang berusia di atas 30 tahun.