INDOSPORT.COM – Tampil mengejutkan di Liga Inggris musim lalu hingga finis di peringkat 9 klasemen akhir, Sheffield United justru jadi juru kunci musim ini. Ada apa sebenarnya?
Pada Liga Inggris musim 2019/2020, dari tiga tim promosi, Norwich City menjadi unggulan kuat untuk bertahan di kasta tertinggi, berkat performa bagus yang menjadikan mereka juara Divisi Championship. Sementara itu, Aston Villa dan Sheffield United diragukan meski mendatangkan sejumlah pemain anyar.
Namun meski sempat tampil mengejutkan di pekan-pekan awal, Norwich justru berakhir menjadi juru kunci dan harus rela kembali terdegradasi. Sementara itu, Aston Villa harus berjuang hingga pekan-pekan terakhir untuk menyelamatkan diri.
Di sisi lain, kejutan besar justru dibuat oleh Sheffield United. Tim asuhan Chris Wilder itu pada akhirnya bertengger di peringkat 9 klasemen akhir Liga Inggris, mengungguli sejumlah tim yang lebih mapan seperti Everton dan Burnley.
Jelang dimulainya Liga Inggris musim 2020/2021 ini, Sheffield pun diyakini akan kembali menembus 10 besar. Apalagi, kekuatan mereka tak banyak berubah selain pulangnya kiper pinjaman dari Manchester United, Dean Henderson, yang kemudian digantikan oleh Aaron Ramsdale.
Di sisi lain, mereka pun berhasil mendapatkan tambahan penting di lini depan dengan hadirnya wonderkid Rhian Brewster yang diboyong dari Liverpool.
Meski demikian, The Blades kini justru terpuruk. Hingga pekan kedelapan, John Lundstam dkk berada di posisi juru kunci. Mereka baru mengoleksi 1 poin, hasil dari 1 laga imbang, dengan 7 laga lainnya selalu berakhir dengan kekalahan.
Berakhirnya bulan madu bagi Sheffield United ini pun menimbulkan pertanyaan. Dengan skuat yang terbilang tidak banyak berubah, apa yang menyebabkan performa mereka turun drastis musim ini?
Sejumlah pihak menyebut kepergian Dean Henderson menjadi penyebab utama. Musim lalu, Deano memang tampil memukau dengan 13 cleansheet dari 36 penampilan di Liga Inggris, serta hanya kebobolan 33 kali.
Sementara itu, Aaron Ramsdale yang jadi penggantinya musim ini belum pernah mencatatkan cleansheet dari 8 pertandingan, dan telah kebobolan 14 kali.
Meski demikian, ada alasan lain yang dinilai juga menjadi penyebab keterpurukan Sheffield. Yaitu, mulai terbacanya strategi andalan pelatih Chris Wilder.
Musim lalu, dengan status sebagai tim promosi, pola permainan The Blades terbilang asing bagi rival-rivalnya. Strategi Wilder yang mengandalkan overlap para bek tengah dan pressing tinggi pun mengejutkan tim-tim lain.
Kini, memasuki musim kedua, tim-tim lain sudah lebih mengenal gaya permainan tersebut. Dengan demikian, mereka pun lebih mudah mencari cara untuk mengatasi pola permainan itu.
Selain itu, pergerakan Sheffield di bursa transfer pun tak cukup baik. Akibatnya, mereka pun tak bisa mengatasi masalah yang sudah mengintai sejak musim lalu, yakni kurang tajamnya lini depan.
Sebagai informasi, musim lalu The Blades hanya mencetak 39 gol, atau kelima tersedikit di antara tim-tim Liga Inggris. Kedatangan Rhian Brewster dari Liverpool di bursa transfer musim panas kemarin pun belum memberikan dampak berarti.
Akibatnya, hingga pekan kedelapan ini, Brewster dkk baru mencetak 4 gol, atau nomor dua paling sedikit setelah Burnley.
Dengan situasi ini, Chris Wilder pun harus melakukan sejumlah penyesuian jika tidak ingin kembali ke Championship setelah dua musim di kasta teratas Liga Inggris.
Seraya menunggu bursa transfer musim dingin dibuka dan mendatangkan pemain anyar, sang pelatih bisa berupaya meningkatkan ketajaman tim asuhannya, maupun menerapkan strategi anyar agar tidak terlalu mudah dibaca oleh tim-tim lawan.