INDOSPORT.COM - Ketidakjelasan kompetisi Liga 1 musim 2020 tentu berdampak kepada pelaku di dalamnya mulai tim pelatih official dan pemain. Kompetisi yang berhenti seperti ini tentu mempengaruhi pemasukan mereka, apalagi jika sepak bola menjadi sandaran ekonomi.
Dari tidak adanya kompetisi seperti ini membuat pemain memutar otak supaya mereka tetap ada pemasukan salah satunya dari turnamen antar kampung (Tarkam). Berbicara soal hal ini salah satu pemain Persebaya, Oktafianus Fernando mengakui jika dirinya pernah mencicipi tarkam.
Tapi itu dulu, ketika dirinya masih membela Persita Tangerang pada 2015 lalu. Keputusannya mengikuti tarkam dikarenakan kompetisi berhenti karena pembekuan PSSI ditambah dirinya tidak mendapatkan hak-haknya berupa gaji dari Persita Tangerang.
"Jadi dulu kompetisi berhenti total karena pembekuan PSSI 2015 dan saya tidak pulang saya ikut (tarkam) disana. Gaji pada saat itu berhenti total tidak dibayar," kata Oktafianus Fernando pada Minggu (15/11/20).
Keputusannya pemain yang akrab disapa Ofan itu karena keadaan dirinya berada di perantauan namun sepak bola berhenti. Di satu sisi dirinya juga punya tanggung jawab membantu orang tua dengan memberikan sejumlah uang dari gajinya.
Maka dari itulah Ofan memilih mengikuti tarkam, menariknya meskipun tarkam uang yang didapatkan terbilang lumayan pada saat itu.
"Lumayan besar bayarannya. Dulu saya pemain liga dua dapat Rp 1,5 juta sekali main," lanjutnya.
Bahkan dari cerita Ofan itu ada beberapa temannya yang rutin mengikuti tarkam lantaran kompetisi 2015 itu berhenti.
"Ada teman saya dulu sampai tahun hari berturut-turut main tarkam dengan tim yang berbeda-beda," jelas kakak Marselino Ferdinan itu.
Selama pengalaman Ofan berkarier di sana memang pada waktu itu tarkam sangat banyak digelar.
"Ramai sekali di daerah Banten, Bekasi, Bogor ada banyak tarkam," ceritanya.
Tapi pengalamannya itu dulu, saat dirinya berseragam Persebaya Ofan mengaku sudah tidak mengikuti tarkam lagi. Selain itu tren tarkam di Jawa Timur tidak banyak.
"Kalau disini saya lihat jarang ada," ungkapnya.
"Selain itu semenjak saya berada di Persebaya sejak 2017 saya tidak berani ikut tarkam," lanjut pemilik nomor punggung 8 itu.
Alasan dirinya tidak mengikuti tarkam lantaran sejauh ini Persebaya merupakan klub yang profesional. Meskipun Liga 1 belum ada kejelasan, hak pemain tetap manajemen penuhi. Sehingga hal tersebut membuat pemain merasa nyaman dan beberapa fasilitas lainnya juga masih diberikan oleh manajemen.
Meskipun begitu sebagai pemain sepak bola Ofan tetap berharap jika PSSI dan operator Liga 1 PT Liga Indonesia Baru (LIB) segera memberikan kepastian kapan kompetisi kembali bergulir.
Kepastian itu berpengaruh kepada semuanya, seperti persiapan pemain hingga hal yang lain sampai kepada persiapan tim.
Ofan pun sudah sangat rindu dengan atmosfer stadion dan juga ketatnya persaingan meraih kemenangan di setiap pertandingan.
Suporter Persebaya Surabaya pun sama, Bonek dan Bonita sudah pasti rindu kembali melihat tim kebanggaannya berlaga di lapangan hijau dan mendukung dengan segenap jiwa dan raga.