INDOSPORT.COM - Manuel Locatelli tengah bersinar bersama Sassuolo sampai-sampai raksasa Liga Italia, AC Milan, dinilai telah salah langkah dalam menjualnya, namun benarkah demikian?
Nama Manuel Locatelli kembali melambung akhir-akhir ini berkat penampilannya di klub Sassuolo. Gelandang 22 tahun itu tampil bersinar bersama I Neroverdi dan jadi incaran klub Juventus.
Bergabung sejak 2018 sebagai pemain pinjaman dari AC Milan, Locatelli perlahan menjelma menjadi sosok vital dalam lapangan tengah Sassuolo. Locatelli memainkan peran penting sebagai 'deep-lying playmaker' yang beroperasi di depan lini pertahanan.
Locatelli memiliki visi, passing, kontrol bola, dribbling, dan akurasi tembakan dari jarak jauh yang baik. Bahkan, The Guardian memasukkannya ke dalam 50 pemain muda terbaik di dunia yang lahir pada 1998.
Pada musim ini, ia sudah tampil tujuh kali di Liga Italia dengan sumbangan dua assist. Ia untuk sementara membawa Sassuolo ke posisi kedua klasemen Serie A Italia.
Pada musim 2019-2020 lalu, pemain Timnas Italia ini mencatatkan 33 penampilan dan 4
assist. Sementara semusim sebelumnya, ia bermain 29 kali di Serie A dengan dua gol dan 4 assist.
Bersinarnya Locatelli di Sassuolo pun membuat banyak pihak menyalahkan AC Milan karena telah melepasnya secara permanen pada 2019 lalu. Kritikan itu juga datang dari eks direktur Milan, Mirabelli. Locatelli diketahui merupakan pemain binaan asli akademi AC Milan.
Akan tetapi, Milan tak bergeming. Klub raksasa Serie A, AC Milan, tidak tertarik memulangkan Manuel Locatelli ke San Siro meski sang pemain menunjukkan performa apik di Sassuolo dan Timnas Italia.
Gagal Walau Diberi Kesempatan
Manuel Locatelli bergabung dengan akademi klub AC Milan pada 2009 ketika baru berusia 11 tahun. Ia menghabiskan sembilan tahun di klub sebelum angkat kaki dari San Siro.
Diketahui, Rossoneri melepas Manuel Locatelli ke Sassuolo pada awal 2019 lalu hanya dengan 12 juta euro setelah setahun sebelumnya ia dpinijamkan. Milan tidak memiliki klausul buy back atau pembelian kembali.
Meski sebagian pihak dan fans menyayangkan kepergian Locatelli, namun sebetulnya Milan tak perlu begitu menyesali keputusan tersebut. Sebab, pemain 22 tahun itu memang gagal tampil sesuai ekspeketasi di AC Milan walau telah diberikan cukup banyak kesempatan.
Semisal musim 2017-2018. Tampil di 33 laga, ia hanya menyumbang 1 assist. Walau setengah lebih ia tak tampil penuh, namun bagi pemuda 20 tahun, jumlah penampilan itu sangat tinggi.
Akan tetapi, pada musim tersebut ia tak bisa memberikan banyak perbedaan pada lini tengah Milan terutama posisi gelandang bertahan. Di akhir musim, I Rossoneri cuma finis di peringkat ke-6 dan gagal ke Liga Champions di mana ia hanya menyumbang satu assist.
Sementara semusim sebelumnya, yakni 2016-2017, ia tampil di 28 laga Liga Italia dengan sumbangsih dua gol. Musim ini ia tampil lebih baik, tetapi tetap tak bisa menghindarkan Milan dari banyak kebobolan dan kekalahan. Ia juga tak selalu jadi starter.
AC Milan cuma bisa finis di posisi keenam dan gagal ke Liga Champions. Jadi, bisa dibilang, meski ia punya kemampuan, namun Locatelli gagal memenuhi ekspektasi AC Milan.
Titik balik untuk Manuel Locatelli pun terjadi pada musim 2018-2019. AC Milan merasa Locatelli membutuhkan jam terbang lebih untuk bisa menanggung beban di tim sebesar Milan.
Sebab di saat bersamaan, Milan mendatangkan pemain hebat dan matang seperti Franck Kessie, Lucas Biglia, dan lainnya.
Otomatis, peran Locatelli tersingkir secara kualitas. Dan ketika masa pinjaman di Sassuolo habis, Milan lagi-lagi kedatangan pemain bagus seperti Ismael Bennacer.
Maka tak ada ruang lagi bagi Manuel Locatelli untuk bisa kembali ke San Siro. Apalagi setelah melihat kesolidan Milan di akhir musim 2019-2020 dan awal musim ini dengan komposisi gelandang bertahan yang dihuni oleh Franck Kessie, Ismael Bennacer, dan Sandro Tonalli.
Stefano Pioli diyakini bakal sulit untuk tak memilih Ismael Bennacer ketimbang Manuel Locatelli. Jadi, walau tak ada klausul buy back pun, tak ada yang perlu disesali. Toh, AC Milan sudah dapat penjualan senilai 12 juta euro dari Sassuolo dan memiliki lini tengah yang lebih solid.