Bola Internasional

Deretan Asisten yang Gagal Saat Naik Jabatan Sebagai Manajer

Selasa, 24 November 2020 20:58 WIB
Editor: Juni Adi
© Zainal Hasan/Indosport
Gary Neville tertangkap kamera tengah menyaksikan laga PS TNI melawan Semen Padang. Copyright: © Zainal Hasan/Indosport
Gary Neville tertangkap kamera tengah menyaksikan laga PS TNI melawan Semen Padang.

INDOSPORT.COM - Setiap manajer yang sukses selalu memiliki orang-orang kepercayaan di sebelahnya. Merekalah para asisten yang sering kali perannya terlupakan, namun cukup menentukan dalam suatu tim.

Beberapa di antara mereka terbukti sukses ketika naik kelas sebagai manajer. Jose Mourinho contohnya, yang kini dianggap sebagai salah satu manajer terbaik yang pernah ada di dunia sepak bola.

Namun demikian, tidak sebuah asisten yang hebat bisa menjadi manajer yang bagus, dan setidaknya ada tiga orang asisten yang gagal ketika menjabat sebagai manajer. Siapa saja mereka? Simak INDOSPORT mengulasnya:

1. Steve McLaren

Dikenal sebagai orang nomor dua di Manchester United setelah Sir Alex Ferguson, Steve McLaren gagal membawa peruntungannya ketika menjabat sebagai manajer di klub lain.

Keadaan tidak berjalan dengan begitu buruk ketika dia menerima pekerjaan manajerial pertamanya di Middlesbrough, dengan mengantarkan mereka lolos ke final Piala UEFA, meskipun takluk dari Sevilla dengan skor 0-4 pada laga puncak.

Dia juga cukup baik saat menangani FC Twente, termasuk mempersembahkan sebuah titel juara Liga Belanda, namun celah yang ada terlalu besar.

Di Inggris, McLaren akan selalu dikenang sebagai orang yang gagal setelah membuat The Three Lions absen pada pagelaran EURO 2008 silam, melewatkan turnamen besar pertamanya sejak tahun 1994.

Pada laga play-off, Inggris ditaklukan oleh Kroasia di malam yang rintik di Wembley, dan itu akan selamanya dikenang sebagai warisan McLaren.

Ia kemudian gagal di Wolfsburg, Nottingham Forest, Derby County, dan Newcastle United. Terbaru, ia menangani Queens Park Rangers, sebelum dipecat pada April 2019 karena hanya menang tiga kali pada 19 pertandingan terakhirnya.

2. Roberto Di Matteo

Jangan terkecoh oleh keberhasilan Roberto Di Matteo membawa Chelsea menjuarai Liga Champions dan Piala FA pada tahun 2012. Terlepas itu, dia merupakan manajer yang sangat buruk.

Mantan gelandang Chelsea itu didapuk sebagai pelatih interim pada pengujung musim 2011/2012 seiring dengan pemecatan Andre Villas-Boas, dan mempersembahkan gelar yang prestisius, usai menaklukan Bayern Munchen di Allianz Arena lewat adu penalti pada laga puncak.

Permainan bertahannya juga telah membuat Chelsea menaklukan Barcelona di semifinal, membuat Lionel Messi yang sedang berada di puncak kariernya merasa frustasi pada saat itu.

Puncak kariernya ada di sana, pada tanggal 19 Mei 2012. Namun pada bulan November tahun yang sama, Di Matteo dipecat dan kemudian gagal saat menukangi Schalke dan Aston Villa. 

Pekerjaan terakhirnya menukangi klub berakhir pada tahun 2016 dan hingga saat ini, ia belum pernah lagi memimpin sebuah klub.

3. Gary Neville

Gary Neville sekarang lebih dikenal sebagai seorang pandit sepak bola, setelah gagal menjabat sebagai manajer, padahal terbilang cukup sukses sebagai asisten.

Mantan defender Manchester United itu pernah menjabat sebagai asisten Roy Hodgson selama empat tahun di timnas Inggris.

Setelah berakhir di The Three Liones, Neville menguji dirinya di Spanyol bersama Valencia, namun takluk 11 kali dari 33 pertandingan, hanya bertahan selama 119 hari sejak hari penunjukkannya.

Catatan tersebut nampaknya benar-benar telah membuatnya frustasi. Ia masih menjabat sebagai asisten pelatih Hodgson di timnas Inggris hingga EURO 2016, namun sejak saat itu, tidak pernah lagi terdengar nama Neville sebagai manajer, terkecuali untuk berkomentar bagi media sebagai pengamat.