INDOSPORT.COM - Jagat sepak bola tengah berkabung. Salah satu bintang lapangan hijau paling hebat sepanjang masa, Diego Maradona, berpulang akibat serangan jantung pada Rabu (25/11/20).
Maradona adalah keindahan sepak bola itu sendiri. Mustahil bila ada seorang penikmat sepak bola dari belahan dunia mana pun yang tidak mengenal namanya, termasuk Indonesia.
Lembaran sejarah bahkan pernah mempertemukan Maradona dan Indonesia secara langsung di atas lapangan. Kok bisa? Apa panggungnya? Bukankah satu-satunya atmosfer Piala Dunia yang negara kita cicipi hanya edisi 1938? Itu pun saat masih bernama Hindia Belanda.
Jawabannya tidak lain adalah Piala Dunia Junior 1979 atau yang kini dikenal dengan sebutan Piala Dunia U-20 (dulu bernama Piala Coca-Cola hingga 1997).
Sungguh momen yang tak terlupakan bagi skuat timnas Indonesia U-19 kala itu yang berisikan nama-nama legendaris sekaliber Mundari Karya, Didik Darmadi, Subangkit, dan Bambang Nurdiansyah mengingat mereka lolos ke Piala Dunia U-20 1979 berbekal "wild card".
Sekadar mengingatkan, Indonesia sebenarnya tidak lolos ke Piala Dunia U-20 1979 lantaran cuma bisa menembus perempat final Piala Asia U-19 1978. Negara yang berhak mewakili Benua Kuning ke kancah dunia ialah juara dan runner-up turnamen, yakni Korea Selatan dan Irak.
Kedua negara itu bahkan tercatat sebagai juara bersama karena bermain imbang 1-1 di final. Piala Asia U-19 1978 belum menerapkan sistem adu penalti untuk menentukan pemenang.
Korea Selatan dan Irak berhak mewakili Asia bersama Jepang sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 1979, namun pada perkembangannya justru berubah. Alasannya berkaitan erat dengan brand Coca-Cola selaku sponsor utama turnamen.
Negara-negara Timur Tengah kala itu, plus Korea Utara, kompak melakukan boikot karena penyematan label Coca-Cola di Piala Dunia U-20. Sehingga, Irak (runner-up Piala Asia U-19 1978), Kuwait (peringkat ketiga), Korea Utara (peringkat keempat).
Langkah ini kemudian diikuti oleh dua perempat finalis, Arab Saudi dan Bahrain, sementara Iran sudah didiskualifikasi akibat kedapatan memakai pemain yang sudah melewati batasan usia turnamen alias pencurian umur.
Jadilah Indonesia sebagai satu-satunya perempat finalis yang tersisa ibarat kejatuhan durian runtuh. Mereka mendapatkan 'tiket gratisan' ke Piala Dunia U-20 menemani Korea Selatan dan Jepang berdasarkan laporan surat kabar Kompas edisi 1 Agustus 1979.
Begitulah latar belakang Indonesia bisa lolos ke Piala Dunia U-20 1979. Berangkat ke Jepang, pasukan Soetjipto Soentoro tergabung di Grup B bersama Argentina, Polandia, dan Yugoslavia.
Pusat perhatian timnas Indonesia U-19 kala itu tentu saja pertandingan pembuka kontra Argentina, 26 Agustus 1979. Dari jauh-jauh hari mereka sudah mempersiapkan strategi untuk menghadapi Tim Tango yang dipimpin oleh Diego Maradona.
"Diego Maradona itu sudah menjadi bintang meski usianya masih muda. Dia sering masuk berita di koran dan majalah Eropa, jadi sebelum berangkat ke Jepang kami sudah tahu siapa Maradona," kenang Bambang Nurdiansyah kepada redaksi berita olahraga INDOSPORT via telepon, Kamis (26/11/20).
Pelatih Soetjipto Soentoro menunjuk satu pemainnya untuk menempel ketat Maradona, yakni Mundari Karya. Dia lantas menerapkan formasi 5-4-1 dan mewajibkan seluruh personel Garuda Muda menyerang serta bertahan secara bersama-sama.
Apa yang terjadi? Timnas Indonesia U-19 seperti diterjang angin puyuh. Tommy Latuperissa sudah terkena kartu kuning pada menit pertama, lalu kubu Argentina mengoyak jala gawang Endang Tirtana sebanyak lima kali!
Kelima gol Argentina masing-masing disumbangkan oleh striker Ramon Diaz yang menorehkan hattrick, dilengkapi dua aksi kelas wahid Maradona pada menit ke-19 dan 39.
"Yang membedakan Argentina dengan tim lain adalah Maradona. Sulit bagi siapa pun untuk menjaga dia. Secara fisik maupun teknik individu saya pikir mustahil menghentikannya," cetus Mundari Karya di Buku "Piala Dunia Bukan Mimpi" produksi Tabloid BOLA 2014.
"Saya saja hanya dapat keringatnya. Dia itu cepat sekali," tambah pria yang kini menjabat sebagai Manajer Barito Putera ini seperti dilansir Edisi Tematis Tabloid BOLA "Jaya, Garuda", 6 Oktober 2014.
Seolah sudah puas, gelombang serangan Argentina berhenti selepas turun minum. Skor telak 5-0 bertahan hingga bubaran dan timnas Indonesia U-19 terhindar dari situasi yang lebih parah.
Status Indonesia sebagai 'Anak Bawang' yang memperoleh tiket gratisan ke Piala Dunia U-20 1979 semakin dipertegas dengan hasil pertandingan berikutnya kontra Polandia dan Yugoslavia. Garuda Muda digasak masing-masing dengan skor 0-6 dan 0-5!
Label juru kunci Grup B Piala Dunia U-20 1979 tanpa pernah mencetak gol pun tidak terhindarkan, namun semua itu terasa sepadan bila mengetahui Indonesia pernah berhadapan dengan seorang legenda sepak bola bernama Diego Maradona.
Uniknya, sekitar tiga bulan sebelum berpulang, Maradona ternyata sempat mengenang kembali momen dirinya bertanding melawan timnas Indonesia di ajang Piala Dunia U-20 1979. Dia mengunggah beberapa potret dalam laga itu di akun Instagram pribadinya, @maradona.
"Diego Maradona adalah seorang bintang yang dilahirkan oleh Tuhan. Satu berbanding jutaan orang. Sungguh beruntung pernah menghadapinya dulu di atas lapangan. Kepergiannya merupakan kehilangan besar bagi dunia sepak bola," tandas Bambang Nurdiansyah.
Susunan Pemain:
Argentina (3-5-2): 1-Sergio Garcia; 2-Juan Simon, 3-Hugo Alves, 4-Abelardo Carabelli (15-Marcello Bachino 34'); 6-Ruben Rossi, 7-Osvaldo Escudero, 10-Diego Maradona, 8-Juan Barbas, 11-Gabriel Calderon (17-Juan Meza 50'); 9-Ramon Diaz, 13 Osvaldo Rinaldi
Cadangan: 12-Rafael Seria, 5-Daniel Sperandio, 14-Jorge Piaggio, 16-Alfredo Torres, 18-Jose Luis Lanao
Pelatih: Cesar Luis Menotti
Indonesia (5-4-1): 18-Endang Tirtana; 6-David Sulaksmono, 7-Pepen Rubianto, 9-Bambang Sunarto, 10-Arief Hidayat, 12-Didik Darmadi; 13-Nus Lengkoan, 14-Tommy Latuperissa (2-Eddy Sudarnoto 41'), 15-Mundari Karya, 16-Subangkit; 17-Bambang Nurdiansyah
Cadangan: 1-Fachrizal, 3-Bambang Irianto, 4-Imam Murtanto, 5-Memed Permadi, 8-Budhi Tanoto, 11-Syamsul Suryono
Pelatih: Soetjipto Soentoro
Stadion: Omiya (15.500)
Gol: Ramon Diaz 10', 23', 25', Maradona 19', 39'
Wasit: Rolando Fusco (Kan)
Kartu Kuning: Tommy Latuperissa
Kartu Merah: -