INDOSPORT.COM - Real Madrid sejatinya merupakan raksasa di dunia sepak bola, tapi mereka sempat tertidur pulas selepas meraih enam titel Piala Champions era 1950-1960-an.
‘Hibernasi’ Los Blancos alias Si Putih baru benar-benar berakhir saat kembali merajai Liga Champions menjelang pergantian milenium.
Tonggaknya adalah edisi 1998 ketika Real Madrid sukses mengantongi trofi ketujuh usai menekuk Juventus di partai final Liga Champions.
Status jawara Liga Champions memberikan kesempatan menjajal kampiun Copa Libertadores di Piala Interkontinental guna menentukan tim mana yang lebih layak menjadi Raja Dunia.
Real Madrid bermaterikan bintang-bintang top multinasional sekaliber Fernando Redondo (Argentina), Roberto Carlos (Brasil), Clarence Seedorf (Belanda), plus Si Anak Emas, Raul Gonzalez (Spanyol). Penantang mereka adalah raksasa Brasil, Vasco da Gama, 1 Desember 1998.
Real Madrid, yang kala itu ditukangi Guus Hiddink, mengusung taktik spesial dengan memasang trio Fernando Hierro, Manuel Sanchis, dan Fernando Sanz sebagai bek tengah. Roberto Carlos dan Christian Panucci bertugas di pos sayap.
Perjudian Hiddink rupanya berbuah manis mengingat keberadaan tiga bek sentral mampu membatasi ruang gerak duet striker Vasco da Gama, yakni Donizete dan Luizao. Benteng kokoh membuat gawang Real Madrid steril hingga turun minum.
Sebaliknya, Real Madrid berhasil membuka skor melalui gol bunuh diri gelandang Vasco da Gama, Nasa, pada menit ke-25. Maksud hati barangkali ingin menghalau tendangan spekulasi Roberto Carlos menggunakan kepala, tapi bola malah meluncur ke gawang sendiri.
Di waktu jeda babak, Hiddink meminta para pemain Real Madrid untuk lebih ganas menyerang dan menambah keunggulan dari kaki atau kepala sendiri, bukan blunder lawan yang berujung gol bunuh diri seperti 45 menit pertama.
“Saya menegaskan kepada mereka agar menyarangkan gol sendiri, bukan pemberian lawan. Sangat berbahaya bila membiarkan Vasco da Gama mengembangkan permainan di babak kedua,” ujar pelatih berkebangsaan Belanda tersebut.
💫 On this day in 1998...
— Real Madrid C.F. 🇬🇧🇺🇸 (@realmadriden) December 1, 2019
🏆 We won our second Intercontinental Cup!
⚽ @realmadrid 2-1 @VascodaGama#HalaMadrid pic.twitter.com/l75DG1K8An
Awalnya, Real Madrid tampak belum benar-benar meresapi penyataan Guus Hiddink dan cenderung membiarkan Vasco da Gama mendominasi laga. Serbuan kubu lawan lantas berakibat gol penyeimbang lewat tembakan voli Juninho Pernambucano pada menit ke-56.
Namun, Los Blancos enggan melepas peluang merajai dunia begitu saja. Serangan-serangan balasan dibangun dengan rapi sampai berakhir gol penentu kemenangan berkat kejeniusan Raul Gonzalez, yang sebetulnya tampil loyo hampir sepanjang laga.
Penyandang nomor punggung tujuh itu secara brilian mengecoh dua pemain lawan dengan gocekan lalu menembak bola tanpa kesulitan melewati kiper Vasco da Gama, Germano, empat menit sebelum bubaran.
Jadilah Real Madrid merajai dunia untuk kedua kali setelah edisi 1960 sekaligus membuyarkan rencana pesta Vasco da Gama merayakan hari jadi klub ke-100 dengan trofi Piala Interkontinental 1998.
“Kami kalah karena membiarkan Real Madrid mengembangkan permainan di babak pertama. Barisan depan juga kurang banyak bergerak,” cetus pelatih Vasco da Gama kala itu, Antonio Lopes.
Susunan Pemain:
Real Madrid (1-4-3-2): 1-Illgner; 4-Hierro; 2-Panucci, 5-Sanchis, 19-Sanz, 3-R. Carlos; 10-Seedorf, 6-Redondo, 7-Raul; 8-Mijatovic (17-Jarni 86'), 11-Savio (9-Suker 90')
Cadangan: 25-Almansa, 12-Ivan Campo, 14-Guti, 15-Morientes, 20-Rojas
Pelatih: Hiddink (Bld)
Vasco da Gama (4-4-2): 1-Germano, 2-Vagner (31-Vitor 81'), 3-Odvan, 4-Galvao, 6-Felipe; 11-Nasa, 5-Luisinho (23-Guilherme 86'), 8-Juninho, 10-Ramon (17-Valber 89'); 7-Donizete, 9-Luizao
Cadangan: 12-Marcio, 15-Alex Pinho18-Nelson, 20-Mauricinho
Pelatih: Lopes
Stadion: National Tokyo (51.514)
Gol: Nasa 25’ b.d., Raul 83’/Juninho 56’
Wasit: Sanchez (Cil)
Kartu Kuning: R. Carlos, Seedorf, Sanz (R)/Nasa, Luisinho, Luizao (V)
Kartu Merah: -