INDOSPORT.COM – Jelang laga Big Match grup H antara Manchester United vs Paris Saint-Germain, pelatih PSG, Thomas Tuchel, memuji sekaligus merasa terganggu dengan kehadiran Marcus Rashford di lini depan Setan Merah.
Laga Man United vs PSG di pertandingan kelima grup H Liga Champions 2020/21 menjadi pertemuan keempat keduanya dalam dua tahun terakhir.
Pertemuan pertama keduanya pun berlangsung pada Februari 2019 di babak 16 besar Liga Champions 2018/19 di Old Trafford di mana Man United tumbang dengan skor 0-2 dari PSG.
Namun di pertemuan kedua, Man United mampu membalikkan keadaan dan melaju ke babak perempatfinal lewat kemenangan 3-1 di Parc des Princes, markas PSG.
Setelah tak bertemu di musim 2019/20, kini keduanya ditakdirkan bersua kembali. Kedua tim bersua setelah drawing Liga Champions 2020/21 menempatkan Man United dan PSG di grup yang sama, yakni grup H.
Laga pertama grup H pun mempertemukan keduanya. Lagi-lagi Man United berhasil membungkam PSG di Parc de Princes dengan skor 2-1.
Dari tiga pertemuan ini, Thomas Tuchel menjadi sosok yang disalahkan. Bagaimana bisa pelatih sekelasnya dengan skuat mewah tumbang sebanyak dua kali dari tiga pertemuan dengan Man United?
Jelang pertemuan keempatnya dengan PSG, Tuchel yang selalu disalahkan (setidaknya merasa menjadi sosok yang paling bertanggung jawab) membeberkan penyebabk kekalahannya.
Dengan enteng, pelatih asal Jerman ini menunjuk satu nama pemain Man United yang membuatnya terheran-heran dan selalu tumbang karenanya. Ia adalah Marcus Rashford.
“Kami menghargainya sangat tinggi ketika dia (Rashford) bermain di Inggris dan bukan Parc des Princes. Sejujurnya, karena dia mencetak gol melawan kami dan membuat kami sedikit jengkel,” tutur Tuchel dikutip dari Sky Sports.
“Saya telah bertemu dengannya (Rashford) sebagai lawan sebanyak tiga kali dan setiap saya bertemu dengannya, saya bertemu seseorang yang tenang dan rendah hati dan baik.
“Bagiku secara personal, dari segi olahraga, dia adalah ancaman dengan kecepatannya, dengan kemampuannya mencetak gol, dengan determinasinya dan finishing-nya,” tambahnya.
Pengakuan Thomas Tuchel ini seakan menjadi sinyal bahwa dirinya dan Paris Saint-Germain benar-benar dibuat jengkel dengan kehadiran Marcus Rashford saat timnya bertemu Manchester United.
Pertanyaan pun lantas muncul, ancaman-ancaman apa yang diberikan Rashford sehingga secara pribadi Tuchel dan PSG merasa jengkel dan terganggu dengan kehadirannya?
Dalam tiga pertemuan terakhir Man United dan PSG, Rashford seakan menjadi pemain yang berbeda dibanding laga-laga lainnya. Seperti kata Tuchel, pemain berusia 23 tahun ini tampil sempurna dengan segala atributnya.
Di pertemuan pertama, Rashford tak bisa berbuat banyak sehingga timnya tumbang di kandang. Anggaplah pertemuan pertama ini sebagai caranya untuk meraba-raba kekuatan dan kelemahan lawan sebagai pemain.
Performa meledak-ledak dan penampilan berbeda ditunjukkan Rashford di pertemuan kedua dan ketiga. Di pertemuan kedua, ia menjadi aktor di balik keberhasilan Setan Merah untuk melakukan comeback secara agregat.
Di pertemuan kedua, satu gol Rashford di menit-menit akhir membawa Man United comeback dan unggul gol tandang atas PSG sehingga melaju ke perempatfinal Liga Champions 2018/19.
Di pertemuan ketiga, yakni di laga pertama grup H Liga Champions 2020/21, Rashford lagi-alagi menjadi pemain yang berbeda dan membuat PSG kesulitan.
Satu golnya di menit ke-87 membuat PSG tumbang di laga perdana Liga Champions 2020/21 dengan status runner up musim lalu.
Total dalam tiga pertemuan ini, Rashford mencetak dua gol. Tak pelak, dibandingkan pemain Man United lainnya, hanya Rashford yang membuat Tuchel dan PSG merasa jengkel karena tumbang di akhir laga.
Pertemuan keempat Manchester United dengan Paris Saint-Germain serta Thomas Tuchel dengan Marcus Rashford pun akan tercipta di laga kelima grup H Liga Champions 2020/21. Akankah Rashford membuat Tuchel dan PSG tambah jengkel?