INDOSPORT.COM - Eks pemain AC Milan, Harvey Esajas, mungkin salah satu bukti hidup yang menunjukkan bahwa harapan itu selalu ada.
Pria kelahiran 17 Juni 1974 tersebut melalui perjalanan panjang dan juga berliku ketika masih berkarier sebagai pesepak bola. Mulai dari Liga Belanda, Liga Spanyol, sampai Liga Italia sudah pernah dijamahnya.
Punya darah keturunan Suriname, Esajas lahir di Amsterdam, Belanda, dan memulai karier profesionalnya bersama Feyenoord pada tahun 1993. Memiliki start yang cukup solid, ternyata namanya kian tenggelam seiring berjalannya waktu.
Setelah berada di Feyenoord selama tiga tahun, Esajas hijrah ke Groningen namun di tempat barunya ini ia tidak mendapat menit bermain yang cukup. Alhasil, ia pun turun kasta dan membela SC Cambuur.
Lebih parah lagi, Esajas malah tidak pernah dimainkan sama sekali di Cambuur. Baru di Dordrecht '90 ia mendapat kesempatan untuk unjuk gigi, itu pun tidak banyak, yakni tujuh laga saja sepanjang musim 1998-1999.
Esajas kemudian melakon trial bersama dua klub Liga Italia yakni Fiorentina dan Torino namun tidak membuahkan hasil signifikan.
Spanyol menjadi pelabuhan Esajas selanjutnya, tapi bersama Real Madrid Castilla, Zamora CF, dan CD Mostoles, kariernya pun tidak berlangsung lama. Entah apa yang membuat klub-klub tersebut enggan menyodorkan kontrak jangka panjang untuknya.
Seperti manusia pada umumnya, seorang Harvey Esajas juga punya batas kesabaran dan juga rasa lelah menjalani hidup yang tidak sesuai ekspektasi. Ia mulai berpikir bahwa dirinya mungkin tidak ditakdirkan menjadi pemain sepak bola.
Pada tahun 2001, Esajas pun memutuskan rehat sementara dari lapangan hijau. Bahkan, ada kabar yang menyebut dirinya bekerja di sebuah sirkus Spanyol untuk menyambung hidup.
Ketika harapannya seolah sudah memudar, AC Milan pun muncul sebagai sosok penyelamat. Adalah Clarence Seedorf, eks rekan di tim junior Ajax yang membuka jalan untuk Esajas kembali menjadi pesepak bola.
Meski Esajas sudah membiasakan diri dengan kehidupannya yang biasa-biasa saja, tidak dapat dipungkiri keinginan bermain sepak bola masih begitu mendarah daging dalam tubuhnya.
Akhirnya ia mengambil kesempatan untuk kembali pada 2004, yang mana pada waktu itu Seedorf adalah bagian penting dari tim AC Milan. Dua pria ini pun berbincang dan mengenang masa lalu mereka ketika berada di akademi Ajax, Jeugdopleiding.
Pada kesempatan yang sama, Esajas pun mengungkapkan hasratnya untuk kembali bermain sepak bola. Akan tetapi, keinginan tersebut seolah sulit diwujudkan lantaran terbentur urusan berat badan.
Bagaimana tidak? Esajas saat itu berbobot kurang lebih 100 kilogram. Meski nyaris tidak mungkin, Seedorf akhirnya bersedia membantu kawannya itu atas nama pertemanan mereka pada masa lampau.
Ia kemudian berbicara kepada pelatih AC Milan saat itu, Carlo Ancelotti. Dengan sedikit gurauan yang terarah, Seedorf berseloroh bahwa ia bisa membawakan seorang bek gratisan untuk Rossoneri.
Esajas lalu berlatih di Milanello untuk mengembalikan bentuk tubuh serta kondisi fisiknya. Bagaimanapun juga, jika ia ingin kembali bermain, posturnya harus fit agar layak disebut sebagai seorang atlet.
Lumayan, Esajas berhasil menurunkan berat badan sebanyak 15 kilogram dan mendapat tawaran kontrak dari Ancelotti.
Walaupun awalnya sering berada di bangku cadangan, setidaknya karier pria bernama lengkap Harvey Delano Esajas ini mulai membaik setelah bergabung dengan AC Milan. Apalagi, mengingat ia sudah mengembara ke banyak klub yang ternyata tidak menginginkannya.
Bersama Rossoneri, Esajas juga sempat merasakan betapa pahitnya kalah dari Liverpool di final Liga Champions 2005 yang digelar di Istanbul, Turki.
Walaupun tidak mengalami peningkatan karier yang signifikan bersama AC Milan, Esajas layak bersyukur lantaran harapannya untuk bermain sepak bola bisa terus hidup, meski sebelumnya sempat mati suri.
Setelah AC Milan, Esajas melanjutkan karier di Legnano dan Calcio Lecco 1912 sebelum memutuskan pensiun secara permanen.