INDOSPORT.COM – Arsenal nampak tak mengalami kemajuan berarti dan malah mengalami kemunduran di tangan Mikel Arteta usai tumbang dalam derbi London Utara melawan rival sekota, Tottenham Hotspur, Minggu (6/12/20) WIB.
Dalam laga yang berlangsung di Tottenham Hotspur Stadium tersebut, Arsenal dibuat malu oleh tuan rumah berkat dua gol dari Son Heung-min dan Harry Kane.
Rasa malu tersebut terlihat dari proses dua gol Tottenham. Dua gol tersebut sama-sama dibuat di babak pertama dengan skema serangan balik cepat.
Gol pertama Tottenham dibuat Son Heung-min pada menit ke-13 memanfaatkan serangan balik usai bola disapu keluar dari pertahanan tuan rumah. Winger asal Korea Selatan tersebut lantas berlari mencari ruang kosong dan menerima umpan terobosan dari Harry Kane.
Gol kedua pun prosesnya hampir sama. Di saat Arsenal tengah keasyikan menyerang, Giovani Lo Celso mampu menggiring bola dari tengah sebelum menyodorkan umpan ke Son Heung-min yang lantas memberi assist ke Harry Kane untuk mencetak gol.
Dua proses gol ini seakan menyakiti Arsenal. Di tengah usahanya untuk menggebrak pertahanan berlapis tuan rumah, Tottenham malah dengan mudah menghancurkan pertahanan The Gunners lewat skema serangan balik.
Padahal di babak pertama, Arsenal menguasai pertandingan dengan Ball Possesion mencapai 63 persen disertai dengan 289 operan. Sayangnya, The Gunners nampak tak bisa menembus pertahanan solid Tottenham.
Dari penguasaan bola tersebut dan jumlah operan di babak pertama, Arsenal bahkan hanya mampu melepaskan empat tembakan. Jumlah tersebut kalah dari Tottenham yang mampu melepaskan lima tembakan meski bermain bertahan.
Hal yang sama pun tercipta di babak kedua. Penguasaan bola dan banyaknya operan yang dilepaskan Arsenal seperti tak ada gunanya karena tak ada peluang matang tercipta.
Data dalam pertandingan tersebut pun seakan menjadi bukti memang tak ada kemajuan berarti, atau lebih parahnya lagi, Arsenal malah mengalami kemunduran di tangan Mikel Arteta.
Jika Anda pendukung Arsenal yang menonton derbi London Utara, Minggu (6/12/20) WIB, pasti Anda sepakat bahwa The Gunners tak punya sistem dalam membangun serangan dan menciptakan peluang, terlepas dari solidnya pertahanan Tottenham Hotspur.
Di laga itu, Arsenal benar-benar seperti bermain di lapangan tengah saja tanpa tahu ke arah mana bola akan dilepaskan dan tanpa tahu cara bagaimana membangun serangan.
Willian, Bukayo Saka, dan Alexandre Lacazette pun tak bisa leluasa bergerak untuk mengkreasikan peluang bagi Pierre-Emerick Aubameyang. Keterbatasan ketiganya untuk mengkreasikan peluang pun membuat dua Full-Back, Kieran Tierney dan Hector Bellerin harus sampai maju ke depan.
Naiknya dua Full-Back ini dan menumpuknya pemain Tottenham di kotak 16 membuat Arsenal mau tak mau membuat peluang dari umpan silang (Crossing). Total 44 umpan silang dilepaskan The Gunners.
Tentu dengan skema menyerang mengandalkan umpan silang, Tottenham bisa mengantisipasinya dengan mudah. Total 50 kali sapuan dibuat lini pertahanan Spurs. Jumlah yang menggambarkan bagaimana mudahnya tuan rumah mematahkan serangan Arsenal.
Kesalahan pun dilimpahkan ke Arteta sepenuhnya. Terlihat bahwa Arsenal di bawahnya tak memiliki sistem untuk membangun serangan hingga ke kotak 16 lawan.
Hingga pekan ke-11 Liga Inggris 2020/21, catatan Arsenal dalam urusan menyerang terbilang miris. Untuk jumlah gol yang baru 10, Arsenal berada di tempat ke-17 dari 20 tim peserta Liga Inggris.
Untuk Shots on Target (tembakan ke gawang), Arsenal berada di tempat ke-18 dari 20 tim Liga Inggris dengan jumlah 32 tembakan dalam 11 laga.
Dan parahnya, fakta mengapa Arteta tak punya sistem dalam membangun serangan, Arsenal berada di posisi buncit dari 20 tim dalam urusan membuat peluang (sejauh ini The Gunners baru membuat 65 peluang dalam 11 laga). Miris bukan?
Arteta pun seakan tak belajar banyak dari kekalahan saat menjamu Wolverhampton Wanderers di pekan ke-10 Liga Inggris. Di laga melawan Wolves, Arsenal tetap memainkan umpan silang sebanyak 35 kali di mana hanya tiga umpan silang saja yang sukses.
Arteta paham betul bahwa problema dalam timnya adalah membuat gol. Namun, tanpa ada perubahan dan cara paten dalam skema menyerang, Arsenal takkan bisa mencetak gol dengan mudah. Apalagi saat menghadapi lawan dengan sistem Low-Block seperti Tottenham.
Entah berapa lama lagi waktu yang dimiliki Mikel Arteta di Arsenal. Meski berstatus legenda klub dan mampu meraih gelar di musim perdananya sebagai pelatih, bukan berarti jabatannya akan aman. Bahkan pemecatan bisa saja terjadi dalam waktu dekat menyusul adanya kampanye #ArtetaOut di media sosial.