INDOSPORT.COM – Desember menjadi waktu yang kelam bagi sederet orang seperti layaknya lagu-lagu termahsyur. Namun, bagi Mikel Arteta, bulan terakhir di kalender ini menjadi momen tepat baginya untuk membuktikan kapasitasnya sebagai pelatih Arsenal di Liga Inggris.
November bisa saja menjadi momen kelam dalam karier kepelatihan Arteta yang baru seumur jagung. Sejak awal November hingga awal Desember, Arsenal menelan hasil minor di Liga Inggris.
Usai kemenangan 1-0 atas Manchester United di awal November, Arsenal mengalami tren menurun dan cenderung memprihatinkan. Hingga pekan ke-11 melawan Tottenham Hotspur pada awal Desember 2020, The Gunners menelan tiga kekalahan dan satu hasil imbang.
Dari empat laga tersebut pun Arsenal kebobolan tujuh gol dan hanya memasukkan satu gol. Raihan satu poin dari empat laga tersebut membuat Meriam London terpuruk di papan bawah dan duduk di peringkat 15.
Bagi tim sekelas Arsenal, catatan ini cenderung memalukan. Bahkan di saat Unai Emery akan dipecat, The Gunners duduk di peringkat kedelapan Liga Inggris.
Tak ayal kondisi ini membuat kursi Arteta bergoyang keras. Isu pemecatan dan tuntutan untuk mundur pun disuarakan banyak pihak yang notabene pendukung Arsenal sendiri.
Bahkan dalam beberapa laporan, situasi kamar ganti Arsenal pun tengah memanas dengan adanya kabar konflik antar pemain. Sumpah serapah dilontarkan satu pemain ke pemain lainnya saat menjalani diskusi internal.
Kondisi ini mungkin tak pernah diharapkan Arteta yang baru menjajaki dunia kepelatihan. Gelar Piala FA dan Community Shield yang ia berikan pun seperti tak ada harganya mengingat anjloknya performa Arsenal.
Tak ada yang bisa Mikel Arteta lakukan selain mulai serius untuk berbenah dan membawa Arsenal meraih hasil positif. Desember 2020 ini pun menjadi waktu yang tepat baginya untuk membuktikan kapasitasnya di Liga Inggris 2020/21.
Di sepak bola Inggris, Desember menjadi waktu yang paling dibenci oleh klub dan para pemain. Pasalnya, di bulan ini setiap klub memiliki jadwal padat yang dapat menguras stamina dan fisik para pemain.
Bila dibandingkan dengan sepak bola di negara lainnya yang memiliki jeda di akhir tahun, Inggris malah sebaliknya dan terus menggelar kompetisi untuk menghibur pecinta sepak bola yang berlibur akhir tahun.
Arsenal dan Arteta pun mungkin juga keberatan dengan kondisi ini. Potensi cedera yang hadir dari padatnya jadwal di bulan Desember bisa saja membuat laju timnya kian memburuk.
Namun bila ditelisik lebih jauh, di bulan Desember 2020 inilah Arteta dan Arsenal bisa mendapat kesempatan untuk kembali menemukan chemistry di kamar ganti dan lapangan.
Arsenal menyisakan empat pertandingan Liga Inggris di bulan Desember 2020. Di tiga laga tersebut, The Gunners akan menghadapi Burnley, Southampton dan Everton dalam tempo sembilan hari dan Chelsea seminggu kemudian.
Tiga laga awal tersebut bisa dikatakan mudah bila mengingat kondisi lawan Arsenal nantinya. Sebagai contoh, Burnley tengah dalam kondisi terseok-seok. Tipikal permainan The Clarets yang banyak bertahan membuat Arteta bisa meracik formasinya dan menjalankan taktik menyerang efektif yang belum sepenuhnya ia terapkan bersama The Gunners.
Lalu setelahnya, Arsenal akan menghadap Southampton. Di atas kertas, The Saints memang tengah dalam performa apik. Namun ada lubang di balik permainan anak asuh Ralph Hasenhuttl yang bisa diekploitasi, yakni lewat skema serangan balik.
Seperti diketahui, Arsenal bersama Arteta piawai dalam memainkan serangan balik. Saat menghadapi lawan dengan permainan terbuka, The Gunners biasa bermain sedikit ke dalam dan sesekali melakukan serangan cepat.
Kelemahan Southampton ini bisa dilihat di laga melawan Manchester United di mana comeback Setan Merah di awali dari skema serangan balik cepat di gol pertama dan kedua.
Lalu lawan terakhir yang dihadapi di Liga Inggris adalah Everton. The Toffees sendiri tengah berada dalam fase sulit. Cederanya beberapa pemain pilar membuat laju anak asuh Carlo Ancelotti tersendat.
Secara permainan, Everton pun memiliki pola yang sama dengan Southampton. Dengan sumber daya yang ia miliki dan kepiawaiannya dalam memainkan skema serangan balik, Arteta bisa membawa Arsenal meraih poin dari tiga laga ini.
Tiga laga itu akan menjadi pemanasan sebelum Arteta membuktikan kapasitasnya di penghujung tahun kala menghadapi Chelsea. Dengan kata lain, dari tiga laga itu pula Arteta mendapat kesempatan untuk menemukan komposisi dan taktik yang tepat bagi Arsenal.
Jika di laga melawan Burnley, Southampton dan Everton Arteta tak mendapat hasil dan menemukan komposisi tepat, yang kemudian mendapat hasil minor di laga melawan Chelsea, penghujung tahun tak pelak menjadi waktu yang tepat baginya untuk angkat koper dan meninggalkan Emirates Stadium.
Tak ayal Desember pun akan menjadi kesempatan terakhir Mikel Arteta untuk membuktikan kapasitasnya sebagai pelatih Arsenal di kancah Liga Inggris dan menjadi pertaruhan kariernya sebagai juru taktik The Gunners.