INDOSPORT.COM - Ada alasan kuat mengapa Manchester United layak tersingkir dari ajang Liga Champions usai ditundukkan RB Leipzig di matchday terakhir.
Manchester United harus menerima kenyataan pahit usai harus tersingkir dari ajang Liga Champions Eropa 2020-2021. Kepastian itu didapat setelah mereka ditumbangkan oleh wakil Jerman, RB Leipzig, pada laga pamungkas Grup H di Red Bull Arena, Rabu (09/12/20).
Leipzig yang bertindak sebagai tuan rumah sukses mencetak tiga gol pada menit 2', 13' dan 69'. Setelah itu, Manchester United baru bangkit dan mencetak dua gol melalui Bruno Fernandes dan Paul Pogba.
Dengan kekalahan ini, skuad Ole Gunnar Solskjaer itu hanya mampu finis di peringkat tiga Grup H dengan torehan sembilan poin, hasil dari tiga kali menang dan tiga kali kalah.
Sementara itu, RB Leipzig sendiri sukses bertengger di posisi satu dengan 12 poin. Mereka berhak lolos ke 16 besar bersama Paris Saint-Germain di posisi dua dengan 10 poin.
Situasi getir ini tentu sangat tak diharapkan oleh fans Setan Merah di seluruh dunia. Lalu, apa penyebab mereka bisa sampai tersingkir dari grup 'neraka' ini? Sebab mereka sebetulnya telah mampu mengumpulkan 9 poin.
1. Inkonsisten ala Solskjaer
Faktor inkonsistensi masih jadi masalah utama yang menggelayuti skuad Manchester United musim ini. Seperti diketahui, sebetulnya MU mengawali Liga Champions 2020-2021 dengan cukup baik.
Mereka sanggup mengalahkan Paris Saint-Germain di Prancis dengan skor 1-2. Hasil itu berlanjut dengan kemenangan luar biasa atas RB Leipzig di Old Trafford dengan skor 5-0.
Mereka pun di atas angin. Namun, tanpa diduga, MU justru terpeleset ketika melawan tim paling lemah di grup, yakni Istanbul Basaksehir. Laga yang seharusnya bisa dimenangkan ini malah disia-siakan oleh MU.
Lalu, pada pertemuan berikutnya di Inggris, Bruno Fernandes dkk sukses balas dendam dengan mencukur Istanbul 4-1. Sebuah bukti bahwa mereka memiliki kapasitas sebagai tim yang bagus.
Namun, seperti yang sudah-sudah, MU di bawah asuhan Solskjaer kembali melempem. Mereka harus tunduk di dua laga pengujung grup masing-masing melawan PSG (1-3) dan Leipzig (3-2).
2. Strategi Terbaca
Manchester United sebetulnya memiliki kekuatan untuk tampil apik dengan formasi 4-2-3-1. Namun, bukan berarti mereka tampil tanpa rencana cadangan.
Seperti diketahui, pada laga melawan Leipzig, pelatih Ole Gunnar Solskjaer menggunakan formasi lima orang dalam bertahan. Pergerakan ini digunakan dalam kemenangan 2-1 mereka atas PSG.
Namun, hal ini mampu dibaca dengan baik oleh Leipzig. Pelatih Leipzig, Julian Nagelsmann, menyiapkan strategi untuk mengantisipasi ini.
Tak tanggung-tanggung, dalam 13 menit, gawang Manchester United harus bobol dua kali. Mereka bahkan sampai tertinggal tiga gol sebelum akhirnya memperkecil menjadi 3-2.
3. Mental Juara
Tak bisa dipungkiri, tim Manchester United asuhan Ole Gunnar Solskjaer ini belum mampu mengembalikan mental juara yang mereka miliki dahulu.
Meski memiliki pemain-pemain bintang dengan harga mahal, namun MU kehilangan faktor penting lainnya, yakni mental juara. Pertandingan Liga Champions tentu berbeda dengan di liga domestik.
Liga Champions adalah pertarungan para tim kuat. Kejutan demi kejutan pun bisa terjadi. Hanya tim dengan mental juara kuat bisa melewati tekanan.
Penurunan performa Manchester United di Liga Champions setelah mampu memimpin klasemen menjadi bukti mereka masih belum layak untuk melaju lebih jauh di Liga Champions Eropa.