INDOSPORT.COM - Alessio Romagnoli, pemain yang sempat digadang-gadang sebagai ‘titisan’ Alessandro Nesta, bisa jadi andalan AC Milan untuk masa yang akan datang.
Adalah Sandro Tovalieri, yang ‘mengubah’ Romagnoli menjadi seorang bek di AS Roma ketika sang pemain masih berusia sembilan tahun.
Perubahan posisi ini jelas bukan perkara mudah, namun Romagnoli punya kualitas yang membuatnya bersinar di antara para gelandang yang ditarik ke lini belakang. Ia punya postur yang mumpuni dan kemampuan teknis yang apik.
Sejak muda, Romagnoli sudah sering mendapat pujian dari para pelatih dan juga seniornya. Selain Tovalieri, tokoh ternama seperti Paolo Maldini dan Franco Baresi juga tidak luput menyanjungnya.
Orang-orang pun mulai menyamakannya dengan sosok Alessandro Nesta, tidak terkecuali legenda AC Milan, Sinisa Mihajlovic. Hanya saja, Milhajlovic menganggap Romagnoli lebih berteknik ketimbang Nesta.
Penilaian Mihajlovic tersebut sepertinya tidak salah, mengingat Romagnoli memang berangkat dari gelandang tengah dan sudah unggul untuk urusan penguasaan bola.
Baik Romagnoli maupun Nesta sama-sama tampil elegan, sehingga tidak hanya menjadikan mereka bek yang nikmat dipandang mata ketika bermain, tetapi juga pemain yang efektif ketika membangun serangan.
‘Koneksi’ antara Alessio Romagnoli dan Alessandro Nesta di AC Milan sejatinya bukan sebuah kebetulan, walaupun sama-sama menggunakan nomor punggung 13.
Pasalnya, Romagnoli sendirilah yang meminta angka spesial tersebut sebagai nomor di jerseynya. Alasan utamanya pun cukup sederhana, yakni Nesta adalah idolanya di dunia sepak bola.
“Saya yang memintanya, karena dia adalah idola saya. Saya hanya memikirkannya saja, bukan berniat menambah tanggung jawab apa pun (kepada diri sendiri),” kata Romagnoli, seperti pernah diwartakan laman Bleacher Report.
Bicara soal Romagnoli dan predikatnya sebagai salah satu bek dengan teknik terbaik tentu tidak lepas dari peran sang mentor, Sinisa Mihajlovic. Jika tidak ada dirinya, mungkin tidak akan ada pula Romagnoli yang berseragam Rossoneri.
Dengan modal kepercayaan kuat terhadap kualitas Romagnoli, Mihajlovic dengan penuh keyakinan meletakkan pemain kelahiran 12 Januari 1995 tersebut di jantung pertahanan AC Milan, bahkan ketika usianya masih relatif muda.
Tentu ini adalah pengalaman hebat bagi seorang Romagnoli, di usianya yang masih 20 tahun namun sudah mendapat mandat memimpin lini pertahanan.
Kepergian Mihajlovic pun ternyata tidak membuat pamor Romagnoli turun atau membuatnya tersingkir dari skuat. Di tangan Vincenzo Montella, ia justru belajar menjaga konsentrasi dan membuat keputusan tepat meski berada di bawah tekanan.
Berkat tangan ajaib dua pelatih inilah Romagnoli sudah berhasil memantapkan diri sebagai pemain yang dewasa dan bijaksana, ketika usianya masih 21 tahun.
Waktu pun semakin berlalu dan Romagnoli sudah memasuki setengah perjalanannya di usia dua puluhan. Kini, berusia 25 tahun, ia adaah figur pemimpin bagi rekan-rekannya di AC Milan.
Romagnoli ditunjuk sebagai kapten pada 2018. Pada waktu itu, ia dideskripsikan sebagai sebuah cahaya yang menaungi AC Milan di tengah periode sulit mereka.
“Alessio Romagnoli adalah satu-satunya cahaya di akhir masa rentan AC Milan selama berbulan-bulan ini. Dia juga populer di kalangan penggemar,” demikian kata pihak Rossoneri, seperti dikutip dari laman berita Football Italia.
Seperti kata pihak klub, Romagnoli adalah cahaya alias harapan bagi kubu AC Milan. Belum lagi, kini Rossoneri sedang membangun kembali kejayaan mereka setelah terpuruk cukup lama.
Jika kesuksesan tersebut pada akhirnya bisa diraih suatu hari nanti, tentu seorang Alessio Romagnoli akan jadi bagian di dalamnya, karena sejak awal,AC Milan memang sudah menaruh harapan dan optimisme yang besar terhadapnya.