INDOSPORT.COM - Liverpool sudah sering ditangani para manajer hebat sepanjang perjalanannya sebagai salah satu klub raksasa Liga Inggris.
Akan tetapi, layaknya manusia biasa, mereka juga pernah melakukan kesalahan dan mengambil keputusan yang tidak jarang membuat banyak orang mengerutkan dahi, atau bahkan memicu protes besar-besaran dari kalangan suporter.
Saat ini, Liverpool tengah ditukangi Jurgen Klopp, pelatih andal dari Jerman yang berhasil melakukan revolusi luar biasa pada skuat The Reds. Saat eranya pula, akhirnya trofi Liga Inggris bisa mendarat lagi di Anfield setelah 30 tahun.
Sekeren-kerennya Klopp, ia tentu punya celah juga ketika mengambil keputusan, misalnya saja mendatangkan pemain gagal seperti Marko Grujic dan yang lainnya. Tidak sering, namun pernah.
Begitu pula dengan para mantan manajer Liverpool sebelumnya. Walaupun sukses membawa kejayaan untuk tim, kesalahan maupun keputusan mereka tetap akan tercatat dalam sejarah selamanya dan bakal terus diingat. Kira-kira siapa saja ya?
Rafael Benitez
Tidak dapat dipungkiri bahwa pelatih asal Spanyol ini sangat hebat saat memasuki musim pertamanya menangani The Reds. Bagaimana tidak? Baru bergabung ia sudah membawakan trofi Liga Champions dengan kemenangan dramatis di Istanbul.
Belum lagi deretan pemain yang didatangkannya ke skuat pada masa itu, membuat The Reds terkenal dengan pasukan Spaniard-nya. Akan tetapi, ada satu keputusan aneh Benitez yang menjadi luka dalam bagi para suporter.
Adalah keputusannya melepas Xabi Alonso dan mendatangkan Alberto Aquilani. Padahal, Alonso adalah salah satu gelandang terbaik yang dimiliki The Reds sekaligus pemain kunci yang punya peran penting di tim.
Apalagi pada musim 2008-2009, Liverpool bisa dibilang tengah berada dalam salah satu masa kejayaannya. Mereka bahkan nyaris menjuarai Liga Inggris dan Alonso adalah bagian dari tim hebat itu bersama Steven Gerrard dan Javier Mascherano.
Akan tetapi, Benitez justru melepas Alonso gara-gara ingin mendatangkan Gareth Barry, yang akhirnya malah merapat ke Manchester City. Alonso pergi, Barry gagal merapat, lalu datanglah Aquilani.
Munculnya Aquilani justru jadi masalah baru bagi The Reds lantaran ia adalah pemain yang rawan cedera. Setelah huru-hara ini, Benitez pun meninggalkan Liverpool yang finis di peringkat tujuh klasemen Liga Inggris 2009-2010.
Kenny Dalglish
Sebagai sosok yang sangat dihormati di Liverpool, Dalglish tentu membuat para penggemar riang gembira ketika bersedia mengemban jabatan sebagai manajer, bahkan sampai dua kali (1985-1991 dan 2011-2012).
Meski sulit untuk mengkritik King Kenny karena sudah berbuat banyak untuk Liverpool, ia juga pernah punya rapor cukup buruk pada periode keduanya, yakni terlalu banyak menghabiskan anggaran untuk belanja pemain.
Bermaksud menguatkan dominasi pemain asli Inggris di skuat, ia pun mendatangkan Andy Carroll, Stewart Downing, dan Jordan Henderson dengan jumlah dana yang tidak sedikit.
Untungnya, Henderson bisa bertahan lama di Liverpool bahkan kini sudah menjadi kapten tim. Akan tetapi, apa yang terjadi pada Carroll dan Downing?
Gerard Houllier
Salah satu keputusan kurang tepat yang pernah diambil eks manajer Liverpool, Gerard Houllier, adalah mendatangkan El Hadji Diouf alih-alih mempermanenkan Nicolas Anelka pada 2001-2002.
Kontribusi Anelka untuk tim selama masa peminjamannya dari Paris Saint-Germain (PSG) sangatlah masif, mengingat Liverpool pada waktu itu baru saja ditinggal Robbie Fowler yang pindah ke Leeds United.
Saking bagusnya performa Anelka, rasa-rasanya opsi untuk mempermanenkannya sudah tepat di depan mata. Akan tetapi, ternyata Houllier lebih memilih mendatangkan Diouf.
Mirisnya, Anelka sudah larut dalam kebahagiaan dan harapan akan dipermanenkan Liverpool, klub yang sangat diinginkannya saat itu. Terlebih lagi, ia mengaku sangat bahagia bisa bermain bersama Michael Owen dan Emile Heskey.
Sayangnya takdir berkata lain ketika Diouf-lah yang jadi prioritas. Namun pemain asal Senegal ini malah jadi salah satu figur paling dibenci oleh publik Anfield dan transfer terburuk sepanjang sejarah Liverpool.