INDOSPORT.COM – Melihat cerita suram dua klub kota Milan, Internazionale dan Associazione Calcio (Inter Milan dan AC Milan) kala dipimpin para investor asal China. Mulai dari gagal juara Liga Italia hingga di ambang kebangkrutan.
Layaknya sejumlah kompetisi di ranah Eropa, kini Liga italia tak lagi menjadi turnamen introvert yang pemilik serta pemimpin klubnya berasal dari warga lokal bahkan jadi warisan turun-menurun.
Seperti diketahui dalam beberapa dekade terakhir, tim besar Italia macam AC Milan dan Inter Milan memang dimiliki oleh orang asli Italia, bahkan tahta kepemimpinan terus berlanjut ke anak turunannya.
Mulai dari AC Milan yang membangun dinasti Berlusconi, hingga sang rival yakni Inter Milan dengan kekuatan dana keluarga Moratti untuk meraih gelar juara.
Namun kebiasaan tersebut perlahan hilang, tepatnya dalam sedekade terakhir saat banyak pengusaha asing bahkan hingga ke negeri China yang berhasil menguasai klub Liga Italia.
Teranyar, sang Serigala Ibukota resmi menandatangani kontrak bersama The Friedkin Group, salah satu perusahaan besar asal Amerika Serikat sebagai pemilik baru mereka.
Dari sekian banyak tim, mungkin cerita milik Inter Milan dan AC Milan yang paling menarik disimak. Pasalnya, selain sama-sama mengakhiri trend kepemilikan secara turun-menurun, kedua tim ini juga kompak pernah didanai oleh investor China.
Lucunya lagi, kedua tim tersebut sama-sama belum pernah juara bahkan malah terhimpit masalah keuangan kala dikuasai milyarder Negeri Tirai Bambu.
Di mulai dari Inter Milan, klub yang bermarkas di Giuseppe Meazza ini resmi diambil oleh Suning Group pada tahun 2018 silam. Suning Group sendiri merupakan salah satu perusahaan perdagangan terbesar di China yang membidik pasar pedesaan dan pinggiran kota.
Dari berbagai laman dijelaskan, bahwa perusahaan yang dimiliki oleh Zhang Jindong ini telah memiliki lebih dari 1600 toko yang tersebar di lebih dari 700 kota di China.
Pada masa awal kedatangan Suning Group ke Inter Milan, Steven Zhang yang dipercaya menjadi Presiden klub langsung berani mengucurkan dana melimpah untuk belanja pemain.
Tak tanggung-tanggung, pada musim 2019/20 silam Inter Milan mampu menggelontorkan dana hingga 190 juta euro untuk memboyong sejumlah bintang seperti Ashley Young, Christian Eriksen, hingga Romelu Lukaku.
Sayangnya, dengan dana sebesar itu Inter Milan masih gagal mendapat gelar juara. La Beneamata hanya bisa menjadi runner up Serie A dan Liga Europa, serta menjadi semifinalis Coppa Italia.
Pada musim 20/21, Suning Group kembali mengucurkan dana segar untuk membantu Inter Milan mendatangkan beberapa pemain. Salah satu yang paling mahal diboyong adalah Achraf Hakimi dari Real Madrid.
Namun akibat pandemi Covid-19 sepanjang tahun 2020, kondisi keuangan Inter Milan pun terpuruk. Pengeluaran melimpah yang mereka lakukan, tak sebanding dengan pemasukan dari penjualan tiket. Selain itu, minimnya gelar juara membuat neraca keuangan Inter Milan sulit bergerak naik.
Imbasnya, kini Inter Milan di tangan Suning Group berpotensi alami kebangkrutan setelah menelan kerugian sebesar 100 juta euro sepanjang tahun lalu.