INDOSPORT.COM - Suasana ruang ganti Real Madrid memanas. Kursi kepelatihan Zinedine Zidane pun tengah digoyang.
Sepak bola selalu memiliki kejutan. Tim dari kasta rendah bisa mengalahkan klub kaya raya. Apalagi dalam pertandingan di turnamen piala, apapun bisa terjadi. Begitulah sikap Zinedine Zidane di ruang konferensi pers, setelah Real Madrid kalah 1-2 di babak 32 besar Copa del Rey oleh tim dari divisi tiga Liga Spanyol, Alcoyano.
"Tidak ada yang memalukan. Sesuatu seperti ini biasanya terjadi dalam sepakbola," kata Zidane di situs resmi klub.
Zidane percaya kejutan selalu menjadi bagian dari sepak bola. Pernyataan pelatih asal Prancis mungkin ada benarnya.
Pada hari yang buruk, Real Madrid bisa benar-benar kalah di lapangan sepak bola berkapasitas 4.850 kursi, kurang dari kapasitas tempat latihan Alfredo Di Stefano.
Dalam sepak bola semuanya bisa terjadi, bahkan ketika Alcoyano hanya sebuah tim dengan anggaran 700.000 euro atau hampir setara dengan gaji Eden Hazard kurang dari setengah bulan, bisa menyingkirkan Real Madrid.
Alasan Zidane sepertinya hanya menambah bahan bakar ke dalam api. Perlu diingat, Zidane ekerja di Real Madrid, di mana tekanan untuk pelatih kepala adalah yang 'terpanas' di dunia sepak bola.
"Zidane mungkin tidak ingin menyalahkan anak asuhnya, tapi dia perlu ingat bahwa Real Madrid bukanlah Tottenham atau MU. Alcoyano hanyalah tim lapis ketiga. Para pendukung sangat kecewa," kata penulis Kevin Parvizi dari The Real Champs kepada Zing.
Kepercayaan terhadap Zidane Mulai Luntur
Ini mungkin pertama kalinya dalam beberapa tahun sejak Zidane menjadi pelatih kepala Real Madrid, kepercayaan terhadap mantan kapten Timnas Prancis itu mulai menghilang.
Hanya 3 jam setelah kekalahan atas Alcoyano, AS, surat kabar dari Spanyol dengan jumlah pembaca terbanyak didominasi penggemar Real Madrid membuat survei tentang kepantasan Zidane untuk Real Madrid. Alhasil, sebanyak 60% penggemar Los Blancos menilai pelatih berusia 48 tahun itu harus meninggalkan Santiago Bernabeu.
Pada Januari 2020, Presiden Florentino Perez menyebut Zinedine Zidane sebagai 'hadiah dari surga' untuk Real Madrid. Sebagai pemain, Zidane adalah rekrutan Madrid yang sukses.
Sebagai seorang pelatih, Zidane bahkan lebih hebat dari itu. Dengan tiga gelar Liga Champions berturut-turut dan satu takhta di LaLiga.
Zidane terus memperkuat posisinya di Bernabeu dengan menjuarai LaLiga musim 2019/20. Ini adalah gelar domestik pertama dalam tiga tahun terakhir untuk Real Madrid. Setelah sukses di Liga Champions, fakta bahwa Zidane membantu Los Galaticos mengalahkan Barcelona dan mendapatkan kembali posisi Nomor 1 di Liga Spanyol sangat berarti.
Secara teoritis, musim 2020/2021 Real Madrid masih bisa memenangkan piala. Sergio Ramos dan kawan-kawan menduduki peringkat 2 di LaLiga. Mereka melaju ke babak 16 besar Liga Champions. Di dua ajang bergengsi tersebut, Real Madrid masih memiliki peluang untuk juara.
Masalahnya dengan Zidane adalah performa Real Madrid saat ini terlalu buruk dibandingkan dengan standar yang ditetapkan oleh fans dan manajemen El Real.
Terakhir kali Real Madrid oleh tim kasta bawahnya terjadi pada musim 2009/2010. Saat itu, Real Madrid dibantai 0-4 oleh Alcorcon di babak 16 besar Copa Del Rey. Bedanya, Alcorcon saat itu adalah tim yang bermain di Divisi Dua Liga Spanyol.
Berdasarkan catatan dari Transfermarkt, nilai total skuat Alcoyano adalah 2,6 juta euro. Sementara itu, Zidane memainkan pemain sekaliber Marcelo, Federico Valverde, Eder Militao, Vinicius Junior, Casemiro, Lucas Vazquez, Isco.Saat Real Madrid berjuang keras mengalahkan Alcoyano, Zidane memasukkan Karim Benzema, Toni Kroos, Marco Asensio dan bahkan pemain dengan kontrak termahal dalam sejarah klub, Eden Hazard.
Zidane sebetulnya tidak menginginkan kekalahan yang memalukan. Para pemain di lapangan menunjukkan betapa pentingnya Real Madrid dalam ajang ini.
Media Spanyol, Marca, berpendapat bahwa era Zidane di Real Madrid kemungkinan akan berakhir pada akhir musim. Manajemen klub Madrid belum berpikir untuk memecat Zidane saat ini, tetapi mereka akan mempertimbangkan segalanya di akhir musim.
Saat melihat gambaran keseluruhan, seseorang dapat melihat ketidakstabilan dalam manajemen tim Real Madrid di bawah Zinedine Zidane.