INDOSPORT.COM - Mengenal Liga Super Eropa, sebuah wacana kompetisi antarklub selevel Liga Champions yang diinisasi sejumlah klub elite Eropa dan dipertentangkan oleh FIFA.
Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) baru-baru ini kembali mengeluarkan pernyataan tegas terkait penyelenggaraan Liga Super Eropa. Dalam pernyataannya, FIFA tak segan memberikan sanksi tegas kepada setiap klub dan pemain yang ikut berpartisipasi.
Sejumlah klub Eropa dikabarkan mulai mengadakan pertemuan untuk membahas kelangsungan Liga Super Eropa. Kompetisi itu rencananya akan digelar secara independen sehingga tak akan ada campur tangan federasi sepak bola manapun.
Meski belum diketahui klub mana yang sudah setuju, namun dilaporkan sejumlah kesebelasan dari Inggris, Spanyol, dan Italia tertarik dengan wacana pembentukan Liga Super Eropa. Penyebabnya apalagi kalau bukan sarana mengeruk keuntungan finansial.
FIFA sebagai badan sepak bola tertinggi dunia tentu mengetahui hal tersebut dan mereka segera meresponsnya. Hal itu disampaikan FIFA melalui rilis di situs resmi.
"Klub atau pemain mana pun yang terlibat dalam kompetisi seperti itu, sebagai konsekuensinya tidak akan diizinkan tampil dalam kompetisi apapun yang diselenggarakan oleh FIFA atau konfederasi terkait," demikian bunyi pernyataan FIFA.
Menurut FIFA, semua kompetisi sepak bola profesional harus diorganisir atau diakui oleh badan/asosiasi/federasi milik FIFA yang relevan sesuai levelnya masing-masing.
Lalu, sebenarnya apa itu Liga Super Eropa? Mengapa kompetisi ini bisa mendapat persetujuan banyak klub dan di waktu bersamaan mendapat kecaman FIFA?
Liga Super Eropa
Pada pekan ini, sebuah pertemuan mengejutkan dilakukan oleh Presiden Real Madrid, Florentino Perez, dan Presiden Juventus, Andrea Agnelli. Diduga kuat keduanya melakukan pertemuan di Turin untuk membahas seputar Liga Super Eropa.
Pertemuan yang dilakukan dua tokoh penting sepak bola Eropa itu sebagai bentuk penindaklanjutan terhadap wacana pembentukan Liga Super Eropa yang sudah 'dipanaskan' sejak paruh kedua tahun 2020 lalu.
Pada pembentukannya, sejumlah besar klub raksasa Eropa itu percaya bahwa format Liga Champions saat ini masih dianggap kurang menguntungkan. Walau tidak ada masalah dengan kompetisinya, namun jumlah 15 pertandingan (maksimal) dianggap masih kurang menguntungkan secara finansial.
Oleh karena itu, klub-klub elite tersebut ingin setidaknya ada 30 laga antarklub Eropa dalam satu musim. Untuk mengakomodasi itu, maka dibentuklah Liga Super Eropa yang direncanakan bergulir pada 2022 dengan anggota 16 tim.
Meski begitu, sampai saat ini belum ada kepastian mengenai format kompetisi serta segala aturannya. Mengutip dari Marca (23/12/20), disebutkan bahwa banyak klub yang saat ini merasa jika distribusi penyiaran televisi di sejumlah negara tidak adil.
Sebagai solusinya, mereka pun ingin menambah lebih banyak laga dalam satu kalender musim. Kabarnya, hadiah dari kompetisi ini juga bakal lebih besar dari Liga Champions Eropa. Saat ini Liga Champions Eropa menyiapkan total hadiah uang bagi klub peserta sebesar 120 juta euro.
Demi bisa mewujudkan hal ini, sejumlah klub elite Eropa tak ingin FIFA atau UEFA yang jadi moderator. Mereka tahu bahwa kompetisi baru antarklub elite Eropa ini bakal dianggap tidak sesuai dengan aturan FIFA.
Apalagi, dalam waktu dekat FIFA ingin mengadakan format baru pertandingan antarklub internasional dalam balutan Piala Dunia Antarklub 2021. Meski belakangan, rencana FIFA tersebut harus dibatalkan lantaran pandemi COVID-19.
Entah nantinya terwujud atau tidak, yang jelas Liga Super Eropa bakal terus menghadirkan pro-kontra. Bagi klub, banyaknya pertandingan tentu bisa menguntungkan secara finansial.
Namun bagi para pemain, hal itu belum tentu bisa diterima. Mengapa? karena mereka akan memainkan laga lebih banyak otomatis menguras tenaga dan konsentrasi. Lalu, bagaimana menurut Sobat INDOSPORT, apakah kompetisi ini tetap harus ada atau sebaiknya dilarang seperti imbauan FIFA?