INDOSPORT.COM - Ali Al Habsi (Oman), Eiji Kawashima (Jepang), dan Neil Etheridge (Filipina). Ketiga nama tersebut merupakan deretan kiper Asia yang diketahui mampu menancapkan eksistensinya di level elite sepak bola Eropa.
Ali Al Habsi (Bolton Wanderers dan Wigan Athletics) dan Neil Etheridge (Cardiff City) bersinar di Liga Inggris, sementara Eiji Kawashima (Metz) di Ligue 1 Prancis. Mereka sempat berstatus kiper utama di klubnya masing-masing.
Melihat tahun mereka berkarier, seluruhnya terjadi setelah pergantian milenium ketiga alias 2000 ke atas. Ali Al Habsi mentas di Liga Inggris periode 2005-2013, kemudian Neil Etheridge menyusul (2018-2019), dan Eiji Kawashima di Ligue 1 Prancis (2016-2018).
Ketiga kiper yang menyandang predikat nomor satu di timnas masing-masing itu toh masih kalah cepat dalam hal menjejak level elite Eropa dengan salah satu talenta sepak bola terbaik Indonesia jebolan PSSI Primavera, Kurnia Sandy.
Sejarah mencatat Kurnia Sandy sebagai kiper Asia pertama yang terdaftar dalam skuat klub peserta kompetisi level elite Eropa. Dia pernah mengembang peran sebagai kiper ketiga salah satu raksasa Serie A Italia era 1990-an, Sampdoria.
Kurnia Sandy menjadi pilihan ketiga klub setelah Fabrizio Ferron dan Matteo Sereni. Nama dan wajahnya terpampang jelas di dalam skuat Sampdoria edisi 1996-1997 dengan nomor punggung 26.
Dia ditaksir Sampdoria tak lama setelah merampungkan program mercusuar bertajuk PSSI Primavera bareng sejumlah talenta muda Tanah Air kala itu, seperti Kurniawan Dwi Yulianto, Bima Sakti, Aples Tecuari, dan Indriyanto Nugroho.
Kurnia Sandy direkrut oleh Sampdoria yang notabene salah satu klub elite Serie A Italia (kampiun edisi 1990-1991) ketika usianya baru 21 tahun. Dia dikelilingi pemain-pemain beken sekaliber Sinisa Mihajlovic, Juan Veron, Roberto Mancini, Christian Karembeu, dan Vincenzo Montella, plus pelatih sekelas Sven-Goran Eriksson.
"Sepengetahuan saya, waktu itu saya adalah kiper Asia pertama yang direkrut klub Serie A Italia," kata Kurnia Sandy kepada redaksi berita olahraga INDOSPORT beberapa waktu lalu.
Era 1990-an kan Asia belum dilirik sebagai penghasil pesepak bola berkualitas ya. Sebuah kebanggaan tersendiri buat saya," cetusnya.
Sayang, Kurnia Sandy tidak pernah diberi kesempatan mencicipi atmosfer Serie A Italia. Namanya sempat disiapkan untuk masuk line-up laga pekan ke-20 Serie A Italia 1996-1997 kontra AS Roma (16 Februari 1996).
Ironisnya, kesempatan emas itu akhirnya hangus lantaran urusan dokumen International Transfer Certificate (ITC) yang belum sepenuhnya beres.
Persoalan inilah yang merecoki sebagian besar waktu Kurnia Sandy selama berada di Italia. Dia merasa kebingungan karena kerap terbentur pengurusan ITC akibat buruknya komunikasi antara PSSI dengan federasi sepak bola Italia (FIGC).
Terlepas dari fakta kurang sedap itu, nama Kurnia Sandy tetap terukir abadi dalam lembaran sejarah sepak bola sebagai kiper Asia pertama yang memperkuat klub peserta kompetisi level elite Eropa.
Khusus di Serie A Italia, Kurnia Sandy adalah pemain Asia kedua setelah Kazuyoshi Miura yang tercatat berseragam Genoa edisi 1994-1995 dengan status pinjaman dari klub Jepang, Verdy Kawasaki.