INDOSPORT.COM - Masih ingat dengan Digao? Mantan pemain AC Milan yang juga saudara laki-laki salah satu legenda mereka, Ricardo Kaka?
Ya, Digao merupakan salah satu produk ‘nepotisme’ yang gagal bersinar di San Siro. Bagaimana tidak? Meski berstatus keluarga Kaka dan mewarisi genetik serupa, ternyata nasib kakak-beradik ini berbeda 180 derajat.
Dalam sepak bola, tidak dapat ditepis bahwa kegiatan membanding-bandingkan sudah sering terjadi, terutama mereka yang sudah punya nama besar dan sukses dengan sederet trofi yang diraih di level klub maupun Timnas.
Kakak-beradik dan ayah-anak adalah dua pasang perbandingan yang kerap dibicarakan di dunia si kulit bundar. Digao pun hanya satu di antara sekian ‘korban’ yang sudah berjatuhan akibat kritik yang dialamatkan kepada mereka.
Rodrigo Manuel Izecson dos Santos Leite, lahir pada 14 Oktober 1985, lebih muda tiga tahun dari sang kakak, Ricardo Izecson dos Santos Leite alias Kaka. Sepak bola adalah hal yang sangat dicintai dua bersaudara ini.
Sama-sama mentas dari klub Brasil, Sao Paulo, baik Digao maupun Kaka sama-sama berkesempatan membela klub raksasa Serie A Liga Italia, AC Milan. Akan tetapi, perjalanan karier mereka bak bumi dan langit.
Salah satu hal yang patut disesalkan dari kisah Digao bersama Rossoneri adalah keberadaannya yang seolah dibayangi oleh sang kakak. Bertahun-tahun lamanya ia menyandang status produk ‘nepotisme’ karena efek seorang Kaka yang berstatus bintang besar.
Bahkan, publik dan penggemar dengan begitu yakin mengaggap Digao bukanlah pemain hebat, namun mengapa ia bisa mendarat di San Siro? Ia bahkan belum pernah sekali pun tampil di level senior bersama Sao Paulo.
Dugaan mereka tentang kenekatan AC Milan memboyong Digao pun pada akhirnya jelas hanya mengacu ke satu kemungkinan: ia adalah saudara si hebat Ricardo Izecson dos Santos Leite.
Dibanding-bandingkan dengan kakaknya, Digao sebenarnya hanya perlu membuktikan bahwa anggapan orang-orang tersebut salah. Tapi masalahnya, ia tidak punya cukup kesempatan untuk mewujudkan itu semua.
Belum sempat membuat dampak signifikan di AC Milan, Digao sudah harus pergi berkelana sebagai pemain pinjaman. Apalagi, pada waktu itu Rossoneri juga kebingungan karena jatah pemain non-Uni Eropa mereka sudah habis.
Resmi menjadi pemain AC Milan pada 2005, Digao justru menghabiskan sebagian besar waktunya di tempat lain. Selama kurang lebih enam tahun dikontrak Rossoneri, ia hanya tampil satu kali, yakni di ajang Serie A Liga Italia.
Ia kemudian menganggur sebentar setelah hengkang dari AC Milan pada 2011, baru kemudian merapat ke klub Major League Soccer (MLS), New York Red Bull, pada 2012 setelah mengikuti trial. Akan tetapi, setahun kemudian kontraknya diputus secara mutual.
Apa Kabar, Rodrigo Manuel Izecson dos Santos Leite?
Sama seperti sang kakak, Digao saat ini menikmati momen-momen indah dalam hidupnya yang jauh dari sepak bola. Mereka masing-masing sudah dianugerahi keluarga bahagia dan nampak begitu harmonis.
Digao memang pernah menjadi pemain gagal di AC Milan dan merasakan bertapa getirnya selalu dibandingkan dengan kakaknya, yang notabene salah satu pemain terhebat yang pernah membela panji Rossoneri.
Atau mungkin, dirinya hanya kurang beruntung dalam hal berkarier sebagai pesepak bola. Bahkan ketika ia punya kesempatan besar berjaya bersama AC Milan jelang kepergian Kaka pada 2009, nasib buruk tetap menaunginya.
Digao yang sempat menunjukkan perkembangan lumayan ketika dipinjamkan ke Standard Leige, gagal meraih kansnya saat itu akibat cedera ligamen engkel yang serius. Sisanya, biar catatan sejarah yang berbicara.
Dengan rentetan pencapaian yang bisa dibilang kurang impresif selama berkarier, bahkan tidak berkesempatan masuk skuat Timnas Brasil, Digao mungkin akan selalu diingat sebagai saudara pesepak bola terkenal yang gagal total dan produk ‘nepotisme’ AC Milan.