INDOSPORT.COM - Striker Sriwijaya FC, Rudiyana, mengaku ada tantangan yang dirasakan olehnya saat menjadi pelatih di sekolah sepak bola (SSB) Bina Pakuan dan Ciparay di kampung halamannya Bandung.
Menurut mantan striker Persib Bandung ini, ada banyak perbedaan yang dirasakan olehnya saat menjadi pemain dan ketika berada di posisi pelatih, sehingga ia membutuhkan waktu untuk transisi dari pemain ke pelatih.
"Pasti ada canggung, ada perbedaan dari biasa kita dilatih sekarang melatih, jadi memang beda banget," kata Rudiyana kepada redaksi berita olahraga INDOSPORT.com.
Pemain yang merasakan gelar juara Indonesia Super League (ISL) 2014 bersama Persib Bandung ini menambahkan, saat diposisi pelatih ia harus pandai membaca kondisi anak asuhnya, apalagi pemain memiliki karakter yang berbeda satu sama lain.
"Sekarang di posisi pelatih harus bisa baca mood anak-anak, apalagi usia segitu masih gimana maunya sendiri, kebetulan sekarang pegang usia 13 tahun," ucapnya.
"Tantangannya itu, harus mengerti psikologis pemain, apalagi kan anak 13 tahun itu menginjak usia remaja jadi kita harus pintar-pintar membaca mereka," ujar Rudiyana menambahkan.
Pemain yang sempat memperkuat, PSS Sleman, PSIM Yogyakarta dan Sulut United menuturkan, aktivitas melatih anak-anak usia 13 tahun di SSB menjadi salah satu cara baginya untuk menghilangkan kejenuhan, setelah kompetisi sepak bola di Indonesia Liga 1 dan Liga 2 dihentikan sejak pertengahan Maret 2020 lalu.
Selain itu, pemain berusia 28 tahun ini, ingin menerapkan ilmu yang didapatnya setelah mengikuti kursus kepelatihan lisensi C AFC beberapa waktu lalu di Bali.
Rudiyana juga menyisihkan waktu, untuk menjalankan program latihan mandiri, agar kondisi kebugarannya tetap terjaga, di tengah aktivitas tim yang sedang diliburkan. Sehingga, saat ada kepastian mengenai kompetisi, ia sudah siap untuk kembali ke lapangan.