Ralf Rangnick Terlalu Berharga untuk Jadi Pelatih Interim Chelsea
Perjalanan Ralf Rangnick sebagai pelatih mungkin tak begitu mentereng. Sebab ia mengawali kariernya dengan menimba ilmu tim semenjana dan tim muda klub papan atas Jerman, salah satunya Stuttgart.
Di dunia sepak bola, Rangnick tak pernah memiliki karier sebagai pemain profesional. Namun, di dunia kepelatihan, pengalamannya segudang mengingat ia menimba ilmu di berbagai tim sebelum melatih SSV Ulm pada tahun 1997.
Saat menapaki karier di kepelatihan, usia Rangnick baru 40 tahun. Namun di usia muda itu, ia percaya diri dengan filosofi dan idenya yang ia gadang-gadang akan membuat publik Jerman terkejut.
Kepercayaan diri tersebut pun berbuah hasil di mana ia membawa SSV Ulm promosi ke Bundesliga 2 (kasta kedua). Kesuksesan ini membawanya kembali ke Stuttgart.
Namun di Stuttgart, Rangnick harus menerima dipecat pada 2001. Lantas, ia dipinang Hannover di tahun yang sama. Dan hasilnya? Hannover ia bawa promosi ke Bundesliga di musim 2001/02.
Perjalanan Rangnick pun berlanjut di Schalke 04 dan kemudian memberikan sentuhan emasnya di Hoffenheim(2006-2011) yang ia buat promosi sebanyak dua kali yakni ke Bundesliga 2 dan Bundesliga pada selama dua musim berturut-turut.
Usai membesut Hoffenheim, Rangnick kembali ke Schalke 04 pada 2011 di mana ia membawa tim berjuluk The Royal Blues ini menjuarai DFB Pokal dan Piala Super Jerman (DFL Cup).
Filosofi apik Rangnick tersebut membuat RB Grup menunjuknya sebagai Direktur Olahraga pada 2012 dan membuatnya berkesempatan menukangi RB Leipzig serta menjadi petinggi di jaringan klub lainnya seperti NY Red Bulls dan RB Bragantino sebagai pencari bakat.
Julukan Profesor Sepak Bola sendiri muncul karena gairahnya dalam memaparkan strategi dan taktik serta filosofinya. Sematan itu hadir ketika ia diwawancarai mengenai gaya permainan timnya.
Dalam melatih, Rangnick terbilang unik. Sebab, ia diketahui memiliki pendekatan apik kepada pemain di mana terkadang ia mengajak pemainnya menonton tinju atau acara lainnya.
Pendekatan ini dilakukan Rangnick semata-mata agar pemainnya bisa berimajinasi. Selain itu, pernah dalam satu kesempatan ia membawa pemainnya bermain Bowling yang menjadikan para pemainnya bersemangat saat bertanding.
Dalam taktik dan penerapan strateginya, Rangnick memiliki strategi yang berlawanan dengan Possesion Football atau Tiki-Taka. Ia mengedepankan transisi dalam bertahan dan menyerang.
Ide ini pun banyak mengilhami para pelatih Jerman seperti Jurgen Klopp, Thomas Tuchel, Marco Rose di mana transisi dalam bertahan dan menyerang ini tak hanya bermodalkan serangan balik cepat.
Transisi yang diterapkan Rangnick lebih kompleks di mana ia akan membuat para pemainnya menekan lawan saat bola telah memasuki lapangan tengah agar lawan kehilangan bola dan berlanjut dengan serangan balik.
Namun bukan Profesor Sepak Bola namanya jika hanya berpatokan pada satu taktik. Dengan filosofi tersebut, Rangnick terbilang fleksibel dalam menerapkan strateginya sesuai lawan yang dihadapi.
Dengan filosofi tersebut dan pengalamannya, Ralf Rangnick terlalu berharga untuk menjadi pelatih interim Chelsea. Andai The Blues mau bersabar hingga akhir musim, mungkin ia benar-benar akan datang dan mengimplementasikan filosofinya ke pemain dengan leluasa tanpa dikejar waktu.