Masalah Chelsea dan Tuchel Takkan Rampung dengan Kedatangan Haaland
Erling Braut Haaland menjadi salah satu pencetak gol terbanyak musim ini di lima liga top Eropa. Pria asal Norwegia ini telah membukukan 27 gol di segala ajang hanya dalam 25 laga saja.
Wajar jika Chelsea begitu ngotot ingin mendatangkan Haaland. Sebab, hingga artikel ini dimuat, top skor The Blues di segala ajang adalah Tammy Abraham yang membukukan 12 gol atau kurang dari setengah torehan Haaland.
Masalah krisis gol Chelsea sendiri dari barisan penyerang sejatinya sudah berjalan beberapa tahun. Terakhir kali The Blues memiliki penyerang yang mencetak banyak gol terjadi pada musim 2016/17 lalu saat Diego Costa masih di Stamford Bridge.
Setelahnya, Chelsea mencoba mengatasi masalah ini dengan mendatangkan beberapa penyerang ternama seperti Alvaro Morata, Olivier Giroud, Gonzalo Higuain hingga yang terakhir Timo Werner.
Namun tetap saja, masalah penyerangnya yang mendadak ‘seret’ gol saat membela Chelsea berlanjut sejak musim 2017/18 hingga musim 2020/21 saat ini.
Mendatangkan Haaland pun menjadi langkah Chelsea selanjutnya untuk mengatasi krisis ini. Namun, pemain berusia 20 tahun tersebut bukanlah jawaban utama dari krisis yang dialami The Blues.
Tumpulnya para penyerang tajam sekelas Morata, Giroud, Higuain hingga Werner di Chelsea sendiri tak lepas dari nihilnya pemain kreatif dari lini kedua atau lini tengah.
Untuk Morata, Giroud dan Higuain, torehan gol keduanya terbilang apik ketimbang Werner mengingat ketiganya memiliki sosok sekelas Eden Hazard yang bisa menciptakan peluang dari lini sayap dan Cesc Fabregas di lini tengah.
Sedangkan dua musim terakhir atau musim 2019/20 dan 2020/21, Chelsea tak memiliki sosok playmaker sekelas Hazard dan Fabregas.
Di dua musim terakhir, Chelsea mengandalkan sosok Mason Mount sebagai sosok kreatif di lapangan. Namun, yang ditampilkan pemain berusia 22 tahun ini jauh dari kata cukup.
Sebagai pemain yang bermain di posisi 8 dan 10 (yang identik dengan kreativitas), Mount hanya bergantung pada situasi bola mati atau Set-Pieces untuk membuat peluang. Terbukti, dalam 61 laga bersama tim utama, ia hanya mampu mencetak dua assist saja dari skema Open Play.
Memang gambaran tersebut tak menjelaskan betapa seringnya para penyerang Chelsea membuang umpan berupa assist yang dibuat Mount. Namun, statistik tersebut cukup memberi gambaran bahwa The Blues tak punya pemain kreatif dari lini kedua.
Mungkin banyak yang mempertanyakan peran Kai Havertz. Akan tetapi, Havertz didatangkan Chelsea bukan sebagai pemain kreatif, melainkan sebagai pendulang gol dari lini kedua (melihat statistiknya dari Bayer Leverkusen).
Sehingga, kedatangan Haaland pun takkan serta merta mengatasi krisis Chelsea di lini depan. Kecuali, The Blues juga turut membawa pemain kreatif yang bisa memberi asupan matang ke lini depan.
Terlebih, Haaland merupakan penyerang bertipe Poacher, penyerang yang benar-benar ancaman di kotak 16 atau ‘Fox in the Box’. Penyerang dengan tipe ini membutuhkan pemain kreatif dari lini kedua.
Hal ini pula yang menjadi fokus Tuchel bersama Chelsea. Ia sadar, sehebat apapun timnya menguasai pertandingan, tetap saja timnya bisa tumbang bila tak mampu membuat peluang di area lawan untuk memberi 'makan' ke barisan penyerang.
“Kami (Chelsea) sangat, sangat baik di 80 meter lapangan. Tapi, di 20 meter terakhir, saya tak senang sama sekali,” ujar Tuchel merujuk pada ketidakmampuan timnya membuat peluang dan melepaskan bola dengan apik di area lawan saat menghadapi Southampton.
Usai laga Southampton, ketidakmampuan Chelsea dalam membuat peluang kembali terulang di laga melawan Atletico Madrid. Meski menang, gol yang dicetak The Blues pun berasal dari kesalahan lawan.
Alhasil, meski Haaland datang di musim panas 2021 nanti, krisis yang dihadapi Chelsea takkan terselesaikan begitu saja dengan mudahnya.
Chelsea dan Thomas Tuchel butuh lebih dari sekadar Erling Braut Haaland untuk mengatasi krisis gol. Kedatangannya pun harus dibarengi dengan pemain kreatif yang tersedia di musim panas 2021 mendatang seperti Houssem Aouar, Jadon Sancho, atau Rodrigo De Paul.